Cerita Masyarakat Supiori Papua yang Merogoh Rp 100.000/Hari Demi Listrik

Cerita Masyarakat Supiori Papua yang Merogoh Rp 100.000/Hari Demi Listrik

- detikFinance
Sabtu, 09 Feb 2013 15:46 WIB
Supiori - Semenjak 3 bulan lalu, masyarakat Kabupaten Supiori (Pulau Supiori) Papuayang berbatasan dengan Samudera Pasifik mulai menikmati listrik langsung dari PT PLN (Persero). Dampaknya pengeluaran anggaran listrik bisa ditekan signifikan dari sebelumnya yang menggunakan genset.

Salah satu warga Supiori bernama Imanuel mengatakan, semenjak Desember 2012 listrik PLN mulai masuk ke wilayahnya. Hal ini ia sambut gembira dan warga lainnya karena harga listrik PLN jauh sangat murah dibandingkan dengan genset.

"Mulai masuk listrik Desember 2012. Sebelumnya pakai genset, sekarang saya senang sekali. Kalau pakai genset lebih mahal. Jika dihitung bensin sehari bisa 10 botol, harganya per botol Rp 10.000, jadi sehari sampai Rp 100.000 untuk satu rumah," kata pendatang dari Ambon ini kepada detikFinance, Sabtu (9/2/2013)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, sebelumnya warga Supiori yang ingin mendapatkan listrik harus membeli genset yang harganya Rp 3 juta. Setiap genset mampu menampung BBM 5 liter, dalam sehari genset menghabiskan hingga 10 liter BBM.

"Jadi 10 liter dari pagi sampai malam. Biasanya dipakai untuk nonton TV dan VCD, juga penerangan lampu 10 watt lima unit," katanya.

Ia menuturkan dengan masuknya listrik maka biaya pengeluaran kebutuhan listrik sangat murah. Dengan sistem voucher listrik, maka dengan membeli Rp 50.000 maka sudah bisa memenuhi kebutuhan listrik dalam 1 bulan.

"Kerjaan saya ini ojek, dulu pendapatan saya habis buat beli BBM genset saja," katanya.

Ia menuturkan pasca listrik masuk ke Supiori, permintaan barang elektronik di wilayahnya meningkat sehingga menaikkan harga jual produk elektronik. Misalnya sebelum Desember 2012, harga ampli untuk sound system hanya Rp 600.000, namun setelah listrik naik harganya melonjak menjadi Rp 750.000.

Ia berharap pembangunan di Papua terus ditingkatkan agar tak tertinggal dengan wilayah lain terutama Jawa. "Selama ini kita iri dengan Jakarta, semua serba ada di sana," katanya.

Hal yang sama disampaikan oleh Hendrikus, menurutnya masuknya listrik di wilayahnya membuat penggunaan genset telah ditinggalkan. Hendrikus mengakui masih ada kelemahan yaitu pemadaman listrik masih terjadi.

"Pemadaman seminggu 2 kali, itu memang tidak lama," katanya.

Sementara itu warga Desa Wonbonda, Distrik Supiori, Yustus Arpusau mengatakan desanya termasuk yang belum beruntung karena belum teraliri listrik. Rencananya jaringan listrik baru akan masuk ke wilayahnya tahun ini.

"Desa saya belum masuk listrik. Kami hanya mengandalkan generator besar, sehari semalam bisa habis 40 liiter BBM campur oli untuk 400 jiwa untuk 97 Kepala Keluarga," katanya.

(hen/dnl)

Hide Ads