"Tahun 2014, Cepu akan menghasilkan minyak 165 ribu bph. Maka pada Juli kita akan injak angka 1 juta bph," ujar Jero dalam diskusi panel Jurus Alternatif Penghematan Konsumsi BBM di Hotel Mulia, Jakarta, Minggu (17/2/2013).
Menurutnya, jumlah produksi tersebut bisa memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) masyarakat yang setiap tahunnya terus bertambah. Meski, produksi ini masih membutuhkan tambahan dari impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Wacik akui sulit untuk menjadi negara pengekspor minyak seperti dulu. Pasalnya, secara alami terjadi penurunan produksi sebesar 13% setiap tahun. Namun, dengan penggunaan teknologi penurunan produksi tersebut bisa ditahan menjadi 3% per tahun.
"Dulu kita kaya minyak, 1,6 juta bph, yang dibutuhkan hanya 700 ribu bph, sehingga sisa 900-800 bph yang kita ekspor. Makanya kita jadi negara OPEC negara pengekspor minyak. Tapi makin lama, sumur minyak itu semakin dibor setiap tahun turun 13 persen, maka heboh cari teknologi jadi turunnya bisa hanya 3 persen, tapi tetap saja turun," keluhnya.
Untuk itu, ia meminta kepada Menteri Keuangan dengan mempermudah izin untuk eksplorasi gas dan minyak. Hal ini mengingat sumbangan sektor ini cukup besar ke penerimaan negara.
"Penerimaan kita dari sektor ini sekitar Rp 400 triliun setahun dan Rp 100 triliun dari mineral. Sekitar Rp 500 triliun sektor kami menghasilkan untuk negara. Tahun 2012, ada sekitar US$ 36 miliar atau Rp 360 triliun dari migas sementara ada juga masalah seperti dibubarkan BP Migas, tapi saya langsung bentuk SK Migas," pungkasnya.
(nia/hen)