Direktur Utama PT DI Budi Santoso menuturkan, pesawat tersebut oleh BJ Habibie kala itu, siap dikembangkan dengan dana US$ 2 miliar. Bahkan spesifikasi rancangan mesin dan desain pesawat kala itu telah mengungguli atau lebih moderen serta efisien dibandingkan pesawat penumpang asal pabrikan Amerika Serikat yakni Boeing 737-500 seri klasik.
"Itu (N-2130) di atas kertas lebih baik dari Boeing 737-500," tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat Dirgantara Indonesia, Jalan Pajajaran Bandung, Jumat (15/2/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelum 2005-2006 sudah terbang (di rencana). Ini (N-2130) bisa menguasai pasar Indonesia. Jadi ini (Boeing seri 737) nggak akan merajalela di sini (Indonesia),β tambah Budi sambil menunjuk miniatur N-2130 di ruangannya.
Namun rencana itu harus pupus karena Presiden Soeharto mengehentikan kucuran dana PT DI saat krisis ekonomi 1998. Hal itu dilakukan berdasarkan desakan International Monetary Fund (IMF) yang bertindak sebagai kreditor ke Indonesia.
(feb/dnl)