"Bapak bangsa kita, Bung Karno jelas mengatakan ketika beliau bicara Pancasila. Itu merupakan sebuah dasar filosofi. Trisakti yakni berdaulat di bidang politik, berdiri di kaki sendiri di bidang ekonomi. Tapi bisakah kita mandiri?" tanya Megawati.
"Toh minyak saat ini kita masih impor. Dengan impor ya tidak cocok dengan keadaan saat ini," jelas Megawati kembali sambil menunjuk sebuah diagram presentasi yang menunjukkan blok-blok minyak di RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia ini sudah tergali dan mengalir begitu saja minyak. Saya pikirannya tidak bertele-tele lalu kemana kok terus impor. Dibawa dulu, disaring dulu kemudian dikembalikan dan dijual ke kita dicap dengan nama impor," tegas Megawati.
Megawati sebelumnya juga mempertanyakan apakah prinsip energi ini sesuai dengan UUD 45 Pasal 33. Dimana, sambung Mega, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.
"UU Migas itu harus merah putih karena dari sepanjang telah merdeka saya melihat tujuan kita mengolah segala sesuatu yang disebutkan dalam pasal 33. Saya ingin mencoba meng-quote nya lagi apakah benar telah berjalan secara maksimal dan sesuai dengan konsitutsi kita tersebut," terangnya.
Seminar yang bertajuk "Migas untuk Kemandirian Energi" itu digelar di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (27/2/2013).
Seminar ini juga dihadiri Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, Chief of Indonesia Petroleum Association Lukman Mahfud, Pakar Kebijakan Ekonomi Energi Darmawan Prasodjo, Pakar Kebijakan Fiskal APBN Rimawan Pradiptyo, dan Hakim MK Harjono.
(dru/dnl)