Namun, jangan dilupakan bahwa konsep investasi itu adalah menyisihkan sebagian dari dana kita untuk dikelola dengan tujuan mendapatkan kenaikan imbal hasil di masa yang akan datang, bukan memperoleh keuntungan fantastis dalam waktu singkat.
Jika melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan yang terus mengalami kenaikan, hal itu bisa menjadi salah satu pertimbangan investor untuk mencoba berinvestasi di reksa dana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, coba kita tilik progres jenis-jenis reksa dana apa saja yang memberikan imbal hasil paling menggiurkan di tahun ini. Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mencoba memberi pandangan seperti dikutip, Senin (11/3/2013)
1. Reksa Dana Saham
|
Reza memperkirakan, rata-rata imbal hasil reksa dana saham di tahun ini bisa mencapai angka 20%-30%, bandingkan dengan bunga deposito yang rata-rata hanya memberikan bunga 6% per tahun. Perkiraan return tersebut, kata Reza, dengan asumsi pasar saham di tahun ini masih terus membaik. Dia memprediksi pergerakan IHSG bisa menembus angka 5.000 hingga akhir tahun 2013.
“Return reksa dana saham masih akan baik, tahun lalu saja ada yang 50%, 60%, bahkan 78% per tahun, tapi balik lagi semuanya tergantung pilihan sahamnya dan kemahiran manajer investasi dalam mengelolanya,” cetusnya.
Namun, return tinggi pasti memiliki risiko tinggi. Hal itu berbanding lurus dengan pergerakan harga saham. Jika harga saham naik, maka return reksa dana pun akan mengikuti begitu pun sebaliknya, sementara pergerakan saham, volatilitasnya sangat tinggi.
“Pilihan saham sangat mempengaruhi. Ketika harga saham melonjak, return juga ikut naik, ini berpengaruh terhadap NAB. Manajer investasi (fund manager) harus bisa mengelola dengan baik,” kata Reza.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap
|
“Sisi volatilitas reksa dana pendapatan tetap tidak setinggi reksa dana saham,” ujar Reza.
Biasanya, reksa dana jenis ini digunakan investor sebagai saving. Artinya, reksa dana pendapatan tetap akan diburu investor jika pergerakan IHSG mengalami aksi profit taking atau aksi ambil untung yang menyebabkan banyak investor menarik dananya.
“Orang biasanya kalau IHSG banyak aksi ambil untung (profit taking) jadi takut. Nah, daripada uangnya ke mana-mana, lebih baik mereka simpan di reksa dana tetap. Jadi, sambil nunggu koreksi IHSG, dananya ditaruh di reksa dana tetap,” terangnya.
Untuk reksa dana ini, Reza memperkirakan bisa menghasilkan return atau imbal hasil di kisaran 10%-15% di tahun ini. Bandingkan dengan bunga deposito yang hanya 6% per tahun atau bahkan tabungan biasa yang hanya kurang dari 5%.
3. Reksa Dana Pasar Uang
|
Reza memperkirakan, return atau imbal hasil yang ditawarkan reksa dana pasar uang ini memang relatif kecil hanya 10%-12% per tahun karena produk ini ditempatkan di produk perbankan. Namun, imbal hasil reksa dana pasar uang ini masih lebih tinggi dari bunga deposito yang hanya ditawarkan di angka 6% per tahunnya.
“Reksa dana ini masuknya ke produk-produk perbankan jadi imbal hasilnya tidak terlalu besar. Risikonya juga relatif lebih kecil,” katanya.
4. Reksa Dana Campuran
|
Reksa Dana campuran dinilai fleksibel karena penempatannya bisa di 2 produk, yaitu saham dan obligasi. Investasi ini juga dinilai menarik karena variatif. Investor bisa memilih porsinya apakah akan lebih besar di saham atau obligasi.
“Ini fleksibel penempatannya, bisa 50:50 atau 60:40 antara saham dan obligasi. Ini menjadi pilihan menarik karena jika terjadi kenaikan di pasar saham maka imbal hasil menjadi lebih tinggi namun jika pasar saham sedang turun, ada return yang diperoleh dari porsi obligasi,” paparnya.
Nah, bagaimana pilihan investasi yang menarik untuk investor semua dikembalikan kepada ketersediaan dana yang ada saat ini. Perlu diingat, kata Reza, berinvestasi adalah menyisihkan sebagian dana untuk dikelola manajer investasi dalam jangka panjang.
Hal penting lain, kenali dulu produk-produk investasi sebelum berinvestasi, bandingkan imbal hasil yang ditawarkan dengan produk sejenis, ketahui track record perusahaan, selidiki legalitas dan pengelolaan perusahaan agar tidak tertipu dengan iming-iming imbal hasil yang menggiurkan.
“Jangan lantas percaya begitu saja karena ditawarkan imbal hasil yang tinggi, selidiki dulu,” kata Reza.
Halaman 2 dari 5