"Malaysia dan Thailand sudah membuat. 60 juta dari pengendara sepeda motor itu first owner dari first car. Kalau tidak kita penuhi, kita akan dibanjiri impor," kata Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (10/6/2013).
"Ekonomi kita naik terus nih, kalau kita tidak buat mobil ini di dalam negeri, nanti itu free trade area. Jadi kita punya pilihan. Kita tidak bisa menghalang-halangi orang beli mobil. Pilih saja, apa mau dapat dari impor, atau supply dalam negeri. Kalau saya sih mending supply dalam negeri," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin kita 1.400 (industri komponen). Dengan adanya program ini akan lebih banyak lagi. tier 1, tier 2, tier 3 nya manuvernya lebih gampang. Kalau ada perusahaan mobil buat model baru nggak perlu keluar negeri. Ini namanya memperkuat industri," jelasnya.
Selain itu, kendaraan dengan bahan bakar menggunakan premium beroktan 90 ini tergolong irit dibanding kendaraan-kendaraan lain. Untuk 1 liter, lanjut Budi, mobil ini bisa menempuh jarak hingga 20 km.
"Hematnya kira-kira 60%-an. Ini 1:20 (1 liter per 20 km). Kalau yang biasa itu sekitar 1:12 (1 liter/12 Km)," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Eddy Sumedi mengatakan, jika telah diproduksi, kebanyakan pengguna roda dua atau motor akan mulai beralih ke kendaraan roda empat ini. Pasalnya, daya beli masyarakat akan semakin tinggi dan didukung dengan harga mobil yang murah.
"Roda dua beralih ke sini. Biasanya roda dua itu beralih ke mobil bekas. Nanti ke sini. Tapi Industri roda dua atau roda empat nanti akan beriringan," kata Eddy.
(zul/hen)