"Cukup besar impor gandum rata-rata 300 ribu ton per bulan. Impor gandum biasanya dilakukan dari Australia, Kanada, Amerika Serikat, China, dan beberapa negara Eropa Timur," kata Direktur Indofood Franciscus Welirang dalam jumpa pers jelang Bogasari Expo (Bogex) di Plasa Barat Senayan, Jakarta, Rabu (26/6/2013).
Ia mengaku sulit mengandalkan produksi gandum dalam negeri. Sebab, selain volume yang masih sedikit, kualitas gandum yang diproduksi tidak seperti yang diimpor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, menurut Franky perseroan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan produksi gandum dalam negeri. Ia mencontohkan negara seperti India, di mana secara iklim sangat mirip dengan Indonesia.
"Kalau dibilang cocok, jangan pikir begitu. Di India juga ada gandum tropical. Kita kan jangan bicara pasrah kepada alam. Bahwa teknologi itu sesuatu pantangan terhadap alam. Jadi bisa aja untuk di Indonesia," ujarnya.
"Kita sudah ada Nongkajaja (Jawa Timur). Sebagai tanaman sisipan, gantian dengan kentang itu juga dicoba di Salatiga, Openg, Wonosobo sudah mulai dan di Boyolali. Kita kerjasama dengan universitas," pungkasnya.
(dnl/dnl)