Pabrik yang didirikan atas kerjasama dengan NEDO Jepan (New Energy and Industrial Technology Develoment Organization Japan) ini, diharapkan dapat menyuplai bioethanol untuk mengurangi penggunaan minyak bumi.
Menteri BUMN Dahlan Iskan yang meresmikan pabrik tersebut menjelasakan, kualitas bioethanol yang dihasilkan pabrik ini setara dengan produksi Jepang. "Nantinya yang dihasilkan sama dengan di Jepang, yakni kualitasnya 99,5 persen," kata Dahlan kepada wartawan, Selasa (20/8/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dahlan mengatakan, pabrik bioetanol memang ada beberapa di Indonesia. Namun, semuanya adalah bioetanol dengan grade rendah. "Selama ini kita impor bioethanol yang kualitasnya 99,5% seperti di pabrik ini. Jadi pabrik bioethanol pertama yang dimiliki BUMN ini bisa mengurangi impor," kata Dahlan.
Dahlan menambahkan, sebagai bentuk sinergi BUMN, Pertamina akan membeli bioethanol dari pabrik ini. "Sifatnya mandatory, Pertamina akan beli bioethanol. BUMN bertekad kuat untuk mendorong energi terbarukan," ujar mantan dirut PLN tersebut.
Sementara itu, Dirut PTPN X Subiyono mengatakan, selama ini Indonesia harus mengimpor bioethanol untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Namun setelah pabrik ini diproduksi, Indonesia akan mempunyainya dan tak lagi mengimpor.
"Kita takkan lagi mengimpor lagi, sebab sudah punya pabrik bioethanol di Mojokerto ini. Dan kualitasnya setara dengan produsen di Jepang. Ini pabrik bioethanol milik BUMN pertama di Indonesia," kata Subiyono.
(dnl/dnl)