Namun, apa yang membuat investor pasar modal Lo Kheng Hong yang dikenal sebagai 'Warren Buffet'-nya Indonesia, tetap mau berinvestasi di perusahaan milik Grup Bakrie tersebut?
"Perusahaan ini masih berproduksi. Masih 80 juta ton produksinya. Cadangan batubaranya juga banyak, terbesar," kata pria asli Betawi ini saat ditemui usai batalnya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BUMI, di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (20/12/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu harga saham BUMI Rp 8.750 per saham, sekarang kira-kira sudah Rp 300-310 per saham. Ya memang lagi begitu," ujar dia.
Perlu diketahui, hari ini manajemen BUMI batal menggelar RUPSLB karena tidak kuorum. Sebagian besar pemegang saham merasa kecewa atas pembatalan ini. Bahkan, ada beberapa pemegang saham yang mengamuk karena merasa 'dipermainkan'.
Hingga kuartal III-2013, perseroan mencatatkan kerugian sebesar US$ 377,5 juta. Angka ini turun 40% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 632,5 juta.
Kerugian tersebut disebabkan oleh masih rendahnya harga batu bara dunia yang bertengger di bawah US$ 70 per ton sehingga belum mampu menutup kerugian di tahun sebelumnya.
Namun, perseroan mencatat kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 22,9% dari 47,7 metrik ton pada kuartal III-2013 menjadi 58,6 metrik ton pada kuartal III-2013.
(drk/ang)