Tapi tak cuma Sunny yang memiliki pengalaman seperti itu. Ada banyak kisah inspiratif dari sejumlah wirausahawan yang menuai sukses, meski mereka berangkat dari bukan siapa-siapa dan bahkan ada yang putus sekolah juga seperti Sunny. Dari zero, mereka telah menjadi hero. Ini empat kisah di antaranya:
|
|
I. G. N. Anom: Bermula Dari Tukang Cuci Mobil
|
|
Lini bisnis Krisna saat ini bahkan sudah merambah ke sektor lain, yaitu rumah makan, properti, spa, hingga penyewaan mobil mewah. Anom adalah perantau di Denpasar. Asalnya dari Singaraja. Dia merantau lantaran orang tua tak mampu membiayai sekolahnya.
Anom bekerja serabutan di Denpasar, sekadar untuk makan. Mulai dari tukang cuci mobil sampai buruh konfeksi. Lambat laun, dia sukses menjadi pemilik usaha tekstil dan akhirnya mendirikan toko oleh-oleh Krisna.
Konsepnya sederhana. Pusat oleh-oleh didirikan di dekat pusat kesenian. Tiap toko harus memiliki parkir yang luas supaya pelanggan puas. Ide karyawan tak dinafikan sehingga mereka betah bekerja di sana. Total, Anom sudah memiliki 1.500 karyawan di belasan outlet Krisna.
I. G. N. Anom: Bermula Dari Tukang Cuci Mobil
|
|
Lini bisnis Krisna saat ini bahkan sudah merambah ke sektor lain, yaitu rumah makan, properti, spa, hingga penyewaan mobil mewah. Anom adalah perantau di Denpasar. Asalnya dari Singaraja. Dia merantau lantaran orang tua tak mampu membiayai sekolahnya.
Anom bekerja serabutan di Denpasar, sekadar untuk makan. Mulai dari tukang cuci mobil sampai buruh konfeksi. Lambat laun, dia sukses menjadi pemilik usaha tekstil dan akhirnya mendirikan toko oleh-oleh Krisna.
Konsepnya sederhana. Pusat oleh-oleh didirikan di dekat pusat kesenian. Tiap toko harus memiliki parkir yang luas supaya pelanggan puas. Ide karyawan tak dinafikan sehingga mereka betah bekerja di sana. Total, Anom sudah memiliki 1.500 karyawan di belasan outlet Krisna.
I Putu Ngurah Sudarma: Gara-gara Ditolak Kapal Pesiar
|
|
Ekonomi yang pas-pasan membuat Sudarma harus bekerja serabutan saat masih kuliah di Bandung. Usai kuliah, dia merantau ke Singapura dan bekerja sebagai pelayan di sebuah kasino di kapal. Dia hanya bertahan selama 2 tahun.
Lulusan sekolah pariwisata ini pun pulang ke Indonesia dan mengincar pekerjaan di kapal pesiar. Tapi enam kali dia melamar, enam kali pula dia gagal. Akhirnya orang tuanya berani meminjamkan Rp 40 juta supaya lebih mudah diterima bekerja di kapal pesiar.
Sambil menunggu kabar, Sudarma menikah dengan seorang pekerja di spa. Dia pun ikut bekerja di spa dan mengusulkan pengembangan bisnis di tempatnya bekerja. Tapi usulannya ditolak mentah-mentah. Kesal, dia dan istrinya pun keluar dan nekat mendirikan usaha spa sendiri.
Meski diawal sempat dijuluki spa 'kandang kuda' karena tempatnya yang kecil, lambat laut bisnis Sudarma berkembang baik. Dengan modal awal Rp 60 juta, kini Sang Spa bisa meraup ratusan juta per bulan dan memiliki tiga outlet di Ubud, yang kapasitasnya enam kali lebih besar dari yang mula-mula.
I Putu Ngurah Sudarma: Gara-gara Ditolak Kapal Pesiar
|
|
Ekonomi yang pas-pasan membuat Sudarma harus bekerja serabutan saat masih kuliah di Bandung. Usai kuliah, dia merantau ke Singapura dan bekerja sebagai pelayan di sebuah kasino di kapal. Dia hanya bertahan selama 2 tahun.
Lulusan sekolah pariwisata ini pun pulang ke Indonesia dan mengincar pekerjaan di kapal pesiar. Tapi enam kali dia melamar, enam kali pula dia gagal. Akhirnya orang tuanya berani meminjamkan Rp 40 juta supaya lebih mudah diterima bekerja di kapal pesiar.
Sambil menunggu kabar, Sudarma menikah dengan seorang pekerja di spa. Dia pun ikut bekerja di spa dan mengusulkan pengembangan bisnis di tempatnya bekerja. Tapi usulannya ditolak mentah-mentah. Kesal, dia dan istrinya pun keluar dan nekat mendirikan usaha spa sendiri.
Meski diawal sempat dijuluki spa 'kandang kuda' karena tempatnya yang kecil, lambat laut bisnis Sudarma berkembang baik. Dengan modal awal Rp 60 juta, kini Sang Spa bisa meraup ratusan juta per bulan dan memiliki tiga outlet di Ubud, yang kapasitasnya enam kali lebih besar dari yang mula-mula.
Febrianti: Cewek Tangguh Juragan Yoghurt
|
|
Memulai usaha pada 2010, dalam usia baru 19 tahun, Pepew, panggilan akrab Febrianti, terinspirasi dari sebuah pelatihan kewirausahaan. Dia pun nekat meminjam duit dan membuka toko yoghurt, minuman yang disukainya, di Bandung.
Universitas Pendidikan Bandung, tempatnya menuntut ilmu, menganugerahinya penghargaan Young Womanpreneur di kampusnya. Ironisnya, dua bulan kemudian bisnisnya amburadul. Keuntungan nihil. Yang masuk justru tagihan demi tagihan utang.
Sempat down, Pepew kemudian memulai kembali bisnisnya dengan sisa modal Rp 1 juta di pinggir jalan dekat rumahnya. Justru bisnis kecil-kecilan ini yang berkembang dengan baik. Dia mampu membayar utang-utang dan mulai meraih omset Rp 10 juta per bulan.
Setelah itu, keadaan tambah membaik. Omset makin besar dan Pepew bisa membuka gerai di kampusnya. Berikutnya dia mendirikan toko di Jalan Cihaurgeulis, dua di tempat lain di Bandung, dan satu gerai masing-masing di Jakarta dan Cirebon.
Amleera, kata Pepew, memiliki arti cewek yang tangguh. Seperti dirinya.
Febrianti: Cewek Tangguh Juragan Yoghurt
|
|
Memulai usaha pada 2010, dalam usia baru 19 tahun, Pepew, panggilan akrab Febrianti, terinspirasi dari sebuah pelatihan kewirausahaan. Dia pun nekat meminjam duit dan membuka toko yoghurt, minuman yang disukainya, di Bandung.
Universitas Pendidikan Bandung, tempatnya menuntut ilmu, menganugerahinya penghargaan Young Womanpreneur di kampusnya. Ironisnya, dua bulan kemudian bisnisnya amburadul. Keuntungan nihil. Yang masuk justru tagihan demi tagihan utang.
Sempat down, Pepew kemudian memulai kembali bisnisnya dengan sisa modal Rp 1 juta di pinggir jalan dekat rumahnya. Justru bisnis kecil-kecilan ini yang berkembang dengan baik. Dia mampu membayar utang-utang dan mulai meraih omset Rp 10 juta per bulan.
Setelah itu, keadaan tambah membaik. Omset makin besar dan Pepew bisa membuka gerai di kampusnya. Berikutnya dia mendirikan toko di Jalan Cihaurgeulis, dua di tempat lain di Bandung, dan satu gerai masing-masing di Jakarta dan Cirebon.
Amleera, kata Pepew, memiliki arti cewek yang tangguh. Seperti dirinya.
Hedi Rusdian Gunawan: Dari Jalanan Jadi Langganan Metallica
|
|
Adalah Hedi Rusdian yang sukses memincut hati para pemusik itu untuk mengenakan berbagai aksesori yang dibuatnya. Pria asal Bandung, Jawa Barat, ini baru berusia 21 tahun.
Hedi adalah pendiri usaha pembuatan aksesori Fourspeed Metalwerks. Aksesorinya terdiri dari cincin, kepala ikat pinggang, dan sebagainya. Semuanya berbahan besi yang diukir dengan tangan serta dibuat dalam edisi terbatas.
Kesuksesan Hedi bermula di jalanan, tempatnya bergaul dengan anak jalanan, tukang ojek, dan sebagainya. Di sanalah timbul idenya membuat aksesori dari besi yang diukir dengan tangan. Tingkat kesulitannya tinggi sehingga penyelesaian satu produk bisa memakan waktu satu sampai dua bulan.
Itu pun produknya kurang laku. Produknya saat itu dibanderol antara Rp 30.000 sampai Rp 200.000.
Hedi berpikir, barangkali produknya bisa diakui di luar negeri. Maka dia pun memasarkan produknya via Internet. Dari situlah kesuksesan datang. Pemesanan datang bertubi-tubi dari kalangan penggemar musik metal. Begitu pun personel bank-bank terkenal.
Dengan modal sukses di luar negeri, Hedi kembali memasarkan produknya di Indonesia. Tapi harganya naik berkali-kali lipat. Setiap bulan kini terjual 200-500 aksesori dengan harga mulai dari Rp 700 ribu sampai Rp 2,6 jutaan.
Hedi Rusdian Gunawan: Dari Jalanan Jadi Langganan Metallica
|
|
Adalah Hedi Rusdian yang sukses memincut hati para pemusik itu untuk mengenakan berbagai aksesori yang dibuatnya. Pria asal Bandung, Jawa Barat, ini baru berusia 21 tahun.
Hedi adalah pendiri usaha pembuatan aksesori Fourspeed Metalwerks. Aksesorinya terdiri dari cincin, kepala ikat pinggang, dan sebagainya. Semuanya berbahan besi yang diukir dengan tangan serta dibuat dalam edisi terbatas.
Kesuksesan Hedi bermula di jalanan, tempatnya bergaul dengan anak jalanan, tukang ojek, dan sebagainya. Di sanalah timbul idenya membuat aksesori dari besi yang diukir dengan tangan. Tingkat kesulitannya tinggi sehingga penyelesaian satu produk bisa memakan waktu satu sampai dua bulan.
Itu pun produknya kurang laku. Produknya saat itu dibanderol antara Rp 30.000 sampai Rp 200.000.
Hedi berpikir, barangkali produknya bisa diakui di luar negeri. Maka dia pun memasarkan produknya via Internet. Dari situlah kesuksesan datang. Pemesanan datang bertubi-tubi dari kalangan penggemar musik metal. Begitu pun personel bank-bank terkenal.
Dengan modal sukses di luar negeri, Hedi kembali memasarkan produknya di Indonesia. Tapi harganya naik berkali-kali lipat. Setiap bulan kini terjual 200-500 aksesori dengan harga mulai dari Rp 700 ribu sampai Rp 2,6 jutaan.
Halaman 2 dari 10











































