Kementan Akui Banyak Petani Singkong Jatuh Miskin

Kementan Akui Banyak Petani Singkong Jatuh Miskin

- detikFinance
Rabu, 14 Mei 2014 15:32 WIB
Kementan Akui Banyak Petani Singkong Jatuh Miskin
Jakarta - Minat petani menanam singkong di Indonesia makin rendah. Pasalnya, harga jual singkong (ubi kayu) yang tiarap. Rendahnya harga ditambah lamanya masa panen singkong membuat para petaninya erat dengan kemiskinan.

"Saat ini kita punya petani singkong, mereka tetap banyak menanam singkong tetapi miskin karena singkong ini 8 bulan baru panen. Harga singkong masih sangat rendah," ungkap Direktur Pasca Panen, Kementerian Pertanian (Kementan) Pending Dadih Permana saat berdiskusi tentang 'Roundtable Singkong' di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (14/05/2014).

Menurut data Kementan, harga singkong di tingkat grosir dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan tapi terbilang cukup rendah. Di tahun 2013 harga singkong Rp 1.466/kg, tahun 2012 Rp 1.319/kg, tahun 2011 Rp 1.306/kg, tahun 2010 Rp 695/kg, dan di tahun 2009 Rp 499/kg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi rata-rata harga singkong di tingkat grosir adalah terendah Rp 499, tertinggi Rp 1.466/kg. Ini yang menyebabkan bertanam singkong on off," imbuhnya.

Sementara dilihat dari jumlah produksi singkong, tahun 2013 dengan total luas lahan sebesar 1,061 juta ha produksinya mencapai 23,8 juta ton. Sementara di tahun 2012 dengan luas lahan 1,13 juta ha produksinya mencapai 24,1 juta ton, tahun 2011 luas lahan 1,1 juta ha produksinya 24 juta ton, dan di tahun 2010 luas lahan 1,1 juta ha produksinya 23,9 juta ton.

"Kepemilikan lahan sempit menjadi masalah klasik membuat produk tani menjadi rendah. Modal menjadi keterbatasan juga. Teknologi inovatif juga, penyebaran benih juga belum optimal dan ke depan menjadi perhatian dari pemerintah," imbuhnya.

Ke depan, pemerintah punya banyak konsep untuk mengembangkan serta menggenjot produksi singkong di dalam negeri. Pemerintah berjanji akan memberikan perlakukan yang sama antara singkong dengan komoditas pertanian penting lainnya seperti beras dan kedelai.

"Ada program akselerasi kebun singkong sebanyak 9.300 hektar di tahun 2015 mendatang. Produksi singkong saat ini antara 18-20 ton/hektar seharusnya bisa ditingkatkan menjadi 30-40 ton/hektar. Kami mencoba dengan mikoriza yaitu campuran udang, terasi, usus yang menjadi mikroorganisme yang dapat bersimbiosis dengan singkong sehingga mencoba untuk meningkatkan profitas ubi kayu kita," jelasnya.

(wij/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads