Misalnya Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang mengusulkan pemerintah harus berani menaikkan harga BBM subsidi hingga Rp 10.000/liter.
Franky, panggilan akrab Franciscus mengatakan pada APBN 2014, beban subsidi BBM sangat berat dan tingginya impor BBM yang memicu defisit perdagangan. Salah satu upaya untuk memperbaiki hal itu adalah dengan mencabut subsidi BBM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bos Indofood ini berpendapat, kenaikan BBM sebaiknya dilakukan dalam satu tahap. Agar gejolak yang terjadi di masyarakat hanya terjadi sekali. Kenaikan BBM ini menurutnya, juga harus dibarengi pemberian kompensasi bagi masyarakat miskin berupa bantuan langsung tunai (BLT) atau sejenisnya.
"Sekali saja naiknya, biar sakitnya hanya sekali. Lalu dikasih BLT-nya tepat sasaran, hanya untuk masyarakat miskin," lanjut Franky.
Besaran kenaikannya, menurut Franky, berkisar di angka Rp 4.000-5.000/liter dari harga saat ini. "Rp 4.000 per liter itu sudah bagus," tambahnya.
Franky juga berpendapat, waktu terbaik untuk melakukan langkah ini adalah saat masa transisi sekarang. Sebelum Presiden terpilih Joko Widodo dilantik sebagai Presiden RI. Meski di sisi lain Franky menyebutkan Jokowi pun sudah memiliki agenda untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.
Jika kenaikan terjadi di masa transisi, maka harus dilakukan di bulan September. Jika dilakukan pada masa pemerintahan Jokowi-JK nanti, maka dilakukan di bulan November atau Desember 2014.
"Yang terbaik adalah masa transisi. Karena akhir tahun itu sudah dekat tahun baru ada lagi macam-macam gitu loh. Tahun depan pun masih konsolidasi lah begitu," tambah dia.
Dengan dinaikkannya harga BBM subsidi, maka inflasi akan naik. Menurutnya, itu tak bisa dihindari. "Kalau itu terjadi maka kita akan melihat inflasi naik dikit." tutupnya.
(zul/hen)











































