Para sopir angkutan kota (angkot) khususnya mikrolet dan taksi yang menggunakan bahan bakar gas (BBG) mengeluh karena masih terbatasnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di DKI Jakarta. Padahal menggunakan gas jauh lebih murah dan hemat daripada pakai bensin premium.
"Di Gandaria ada satu tapi sedang off karena rusak, jadi saya harus mengisi di sini. Di Cawang rencananya mau dibuat. Jadi saya harus mutar dulu dari Kampung Melayu ke Rawamangun. Lumayan jauh," kata sopir Mikrolet 06 jurusan Kampung Melayu-Gandaria, Benny Sebayang kepada detikFinance di SPBG A 11.03.01, Jalan Pemuda Raya, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (18/08/2014).
Menurut Benny menggunakan gas jauh lebih hemat, sehingga walaupun dirinya berkeliling cari SPBG tak ada masalah dari sisi konsumsi bahan bakar. Ia juga tidak terlalu khawatir kendaraannya mogok di tengah jalan akibat kehabisan gas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia berharap, pemerintah khususnya Pertamina menyediakan lebih banyak SPBG di wilayah DKI Jakarta. Benny optimistis dengan jumlah SPBG yang semakin banyak, maka banyak angkutan umum yang beralih dari bensin ke gas.
"Kalau orang pinter dia bakal beralih ke gas. Harga per liter gas hanya Rp 3.100, premium Rp 6.500/liter. Nah ini tinggal diperbanyak aja jumlah SPBG. Kan bisa Pertamina bikin SPBG di dalam SPBU kalau mereka nggak punya tanah. Jadi lebih efisien dan orang juga mau pakai gas," jelasnya.
(wij/hen)











































