Indonesia ketinggalan jauh dari negara tetangga Vietnam, yang sudah mampu lebih dahulu menciptakan alat serupa 15 tahun lalu.
"Vietnam 15 tahun lalu sudah bisa bikin sendiri, kita belum. Tetapi akhirnya kan kita bisa," ungkap Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Muhamad Husen, ditemui di Kantor Pusat PT Citra Tubindo Engineering, Batam, Kamis (18/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami Pertamina mulai Desember tahun lalu mulai mengebor di Aljalzair, dengan produksi 23.000 barel per hari," imbuhnya.
Sementara itu di tempat yang sama, Direktur Utama PT Citra Tubindo Enginering Kris Illuwan menjelaskan, drilling rig DS 10 mulai masuk masa konstruksi 26 Februari 2014. Saat ini konstruksi sudah mencapai 90% dan ditargetkan selesai Oktober 2014.
"Sekarang ini banyak kebutuhan rig di dalam negeri yang diimpor dari luar negeri. Rig ini harganya 10% di bawah kompetitor, tender dimenangkan PT Citra Tubindo Engineering. Sertifikasi internasional QPI, ISO, dan SMK3," paparnya.
Sebelum DS 10, Citra Tubindo telah memproduksi drilling rig DS 8 dan DS 9. Keduanya telah digunakan ExxonMobil mengeruk minyak mentah dari Blok Cepu.
"Rig ini bisa menghemat 400 hari dan menghemat biaya produksi. Kami yakin industri dalam negeri bisa membuat rig dan menggurangi ketergantungan impor alat pengeboran perminyakan," jelasnya.
(wij/dnl)











































