"Di Jakarta sekarang sudah 10-12 cm per tahun turunnya (permukaan tanah). 15 tahun ke depan ini artinya nggak lama lagi (Jakarta akan tenggelam). Hitung-hitungnya dengan kondisi sekarang tidak ada satupun sungai di Jakarta bisa mengalir karena turun 5-7 meter," ungkap Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono saat ditemui di Kantor PU, Kebayoran Baru, Jakarta, pada acar Hari Habitat, Senin (6/10/2014).
Turunnya permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta karena kegiatan penyedotan air tanah yang cukup besar. "Itu kenapa? karena pengambilan air yang berlebihan karena tidak ada pasokan air yang cukup," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga dengan NCICD ini salah satunya untuk menyiapkan juga air baku sekarang baru Jatiluhur saja. Lalu nanti dari sungai nanti ditampung. Makanya kita pakai pompa, di Korea pakai gravitasi yang ngalir sendiri. Penyediaan pompa besar sekali tetapi detilnya belum. Habis ini kita lakukan detil desain lalu kita selesaikan tahap A," jelasnya.
Tahap A dalam rancangan pembangunan proyek tanggul laut Raksasa di Jakarta, yaitu penguatan/peninggian tanggul dan pemasangan stasiun pompa. Total investasinya mencapai US$ 1,9 miliar.
Berdasarkan dokumen masterplan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN), wilayah DKI Jakarta khususnya Jakarta Utara telah mengalami penurunan muka tanah pada laju yang mengejutkan, rata-rata 7,5 cm per tahun.
Di beberapa tempat laju penurunan muka tanah ini dapat mencapai hingga 17 cm per tahun, hingga berada di bawah permukaan air laut.
Jika ini terus dibiarkan maka pada tahun 2050 sebagian wilayah Jakarta khususnya Jakarta Utara bakal tenggelam. Berdasarkan dokumen tersebut disebutkan tinggi permukaan laut akan mencapai 5 meter di atas permukaan jalan Jakarta pada 35 tahun mendatang.
(wij/hen)











































