CT Sebut Kondisi Ekonomi 2015-2016 Masih Berat

CT Sebut Kondisi Ekonomi 2015-2016 Masih Berat

- detikFinance
Jumat, 17 Okt 2014 17:13 WIB
Jakarta - Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), menyebutkan perekonomian pada 2015-2016 masih akan menantang. Sentimen dalam dan luar negeri menjadi hal yang patut diperhatikan.

"Saya ingin mengingatkan. Kelihatannya dua tahun ke depan, 2015-2016, kita akan mengalami keadaan yang kurang menguntungkan untuk kita semua," kata CT, sapaan Chairul Tanjung, dalam acara seminar Prospek Ekonomi 2015 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (17/10/2014)

Dari luar, lanjut CT, kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Terutama rencana AS yang ingin mengurangi dan akhirnya menghentikan stimulus pembelian obligasi alias quantitative easing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu ada quantitative easing, uang Amerika banyak mengalir ke emerging markets termasuk Indonesia. Kita mendapat benefit luar biasa. Sekarang Amerika menarik kembali uangnya, yang namanya tapering off," jelas CT, yang juga menjabat sebagai Menko Perekonomian.

Sementara dari dalam negeri, tambah CT, Indonesia masih memiliki masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit). Pada kuartal II-2014, transaksi berjalan tercatat defisit US$ 9,1 miliar atau 4,27% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Penyebab defisit transaksi berjalan, menurut CT, adalah tingginya impor bahan bakar minyak (BBM). Impor BBM tinggi karena konsumsinya tinggi, sebagai akibat dari harga yang murah. Harga BBM murah karena mendapat subsidi ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.

"Kedengaran mudah, tapi sangat rumit. Kita punya masalah subsidi BBM. Kedengarannya gampang, tinggal naikkan (harga BBM) saja, tetapi ternyata menimbulkan dampak yang luar biasa. Harga-harga meningkat, daya beli masyarakat menurun," jelasnya.

Selain itu, CT juga menyebutkan bahwa politik perlu dijaga agar tetap kondusif. Menurutnya, negara ini tidak bisa dipimpin oleh satu kelompok saja, perlu kerja sama seluruh pihak.

"Ekonomi perlu suasana sosial-politik yang kondusif. Indonesia terlalu, kompleks, terlalu majemuk, untuk dikelola satu kelompok saja. Bergotong-royong saja masih berat. Makanya saya ingin mengetuk hati pemimpin kita untuk bekerja sama demi kemajuan bangsa dan negara," tegasnya.

(hds/hen)

Hide Ads