David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), mengatakan kebijakan ini sudah cukup lama dinanti oleh pelaku pasar modal. Oleh karena itu, pasar diperkirakan akan merespons positif kenaikan harga BBM.
"Penguatan bisa terjadi. Sepertinya kurs dan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) akan positif," kata David kepada detikFinance, Selasa (18/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penguatan yang tidak drastis ini, lanjut David, disebabkan 2 hal. Pertama adalah pelaku pasar menunggu kebijakan pemerintah selanjutnya setelah menaikkan harga BBM.
"Market akan melihat dipakai untuk apa penghematan yang katanya Rp 100 triliun itu. Apakah benar untuk infrastruktur, kesehatan, pendidikan, market akan melihatnya," jelas David.
Faktor kedua, tambah David, adalah tidak jadi diterapkannya skema subsidi tetap. Ini membuat ketika tren penurunan harga minyak dunia terus terjadi, maka bisa saja pemerintah menurunkan lagi harga BBM bersubsidi.
"Untuk pengelolaan fiskal, ini tentu sulit. Lebih enak kalau pemerintah menerapkan subsidi tetap per liter, risiko fiskalnya lebih rendah," sebutnya.
(hds/hds)











































