WIKA Punya Bangunan Unik Tersembunyi di Kaki Gunung Pangrango

WIKA Punya Bangunan Unik Tersembunyi di Kaki Gunung Pangrango

- detikFinance
Sabtu, 13 Des 2014 17:36 WIB
WIKA Punya Bangunan Unik Tersembunyi di Kaki Gunung Pangrango
Bogor - Di sela-sela kawasan pemukiman padat Gadog, Bogor, Jawa Barat, ada sebuah bangunan berbentuk unik dan berdiri megah bernama Giri Wijaya yang dalam bahasa Indonesia adalah Gunung Wijaya. Letaknya masih di sekitar kaki Gunung Pangrango.

Nama Wijaya diambil dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), sebagai pemilik gedung tersebut. Bangunan dengan tampilan unik ini difungsikan sebagai pusat pelatihan kepemimpinan para petinggi perusahaan, yang dibuka untuk masyarakat umum.

Beralamat di Desa Pasir Angin, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bangunan merupakan bagian dari komplek pusat pelatihan yang diberi nama Wikasatrian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mencapai lokasi ini tidak lah suit, hanya berjarak 30 menit dari puntu tol Puncak. Bagi pengunjung yang ingin mencapai tempat ini hanya tinggal mengikuti jalan ke arah puncak hingga menemukan sebuah jembatan menjelang tanjakan tajam.

Dari tanjakan ini, pengunjung berbelok ke ke kiri. Ini adalah satu-satunya belokan yang ada setelah jembatan tadi. Begitu memasuki belokan tadi, hanya tinggal mengikuti jalan hingga menemukan sebuah sekolah dasar dengan tulisan "Wikasatrian" berwarna hitam emas dengan panah menunjuk ke kiri.

Dari posisi ini, banyak yang tidak percaya bahwa akan ditemukan tempat megah yang diceritakan di awal tadi. Benar saja, sebuah jalan kecil memiliki lebar kurang lebih 3 meter hanya bisa dilalui sebuah mobil satu arah saja.

Selain sempit, jalanan ini juga dipadati rumah-rumah warga yang hampir tak berjarak dengan bibir jalanan. Bahkan, sebagian atap rumah warga tersebut sampai masuk ke dalam badan jalan yang membuat sebuah kendaraan bus berukuran tanggung sulit untuk bergerak.

Namun, bila menelusuri terus jalan ini, maka kejutan akan ditemukan. Bertuliskan Wikasatrian, pengunjung akan disambut oleh sebuah gerbang besar yang disambung dengan tanjakan cukup curam.

Menurut Tonny Warsono yang menjabat Pamong Utama komplek pusat pelatihan ini, kontur tanah sengat dipertahankan seperti itu untuk menjaga kesan alami.

"Biar menantang," tuturnya kepada detikFinance saat mengunjungi lokasi ini, Sabtu (13/12/2014).

Benar saja, suasana asri langsung terasa begitu memasuki gerbang. Pemandangan perumahan padat yang semula menyesakkan mata berganti dengan deretan pepohonan yang rimbun dan asri.

Tiba di area parkir, jalanan menanjak sudah menanti. Tak usah khawatir akan merasa lelah karena segarnya udara membuat beban berat di pundak terasa lebih ringan.

Mengikuti jalan ke atas, akan dijumpai sebuah area perkemahan. "Pusat pelatihan ini tidak dibangun kamar-kamar permanen karena memang di desain untuk mendekatkan peserta pelatihan dengan alam. Makanya kita pakai tenda perkemahan sebagai ganti kamar tidur," jelasnya.

Meskipun berbentuk tenda, tak perlu khawatir, karena tenda ini di desain dengan sangat nyaman. "Dan yang pasti tidak bocor. Harus coba sendiri, tak bisa diceritakan dengan kata-kata," sambungnya.

Melanjutkan perjalan sisi atas areal kawasan, akan dijumpai bangunan bernama Giri Boga. Sesuai namanya, 'Boga' bangunan ini memang merupakan pusat kegiatan kuliner sekaligus area makan. Dari fisik bangunan, tak tampak terlalu istimewa.

Hanya bangunan beratap genteng yang dilengkapi dengan area makan dan taman. Menariknya, pemandangan dari lokasi ini sangat indah, menuju langsung ke Gunung Gede Pangrango. Ini lah yang menjadi kelebihan Giri Boga, menyantap makanan, ditemani udara segar dan pemandangan indah, adalah sebuah pengalaman istimewa yang jarang ditemui di lokasi lain.

Melanjutkan perjalanan ke area yang lebih tinggi, akan ditemukan hamparan lapangan rumput hijau yang cukup luas hampir seukuran sebuah lapangan bola. Di ujungnya, sebuah bangunan unik telah menanti untuk dikunjungi.

Ini lah, Giri Wijaya yang disebutkan di awal, fasad atau tampilan muka bangunan ini bisa dikatakan unik. Sepintas bangunan ini menyerupai rumah kura-kura, namun bila dilihat lebih jelas tampak bagaiman seluruh bagian dari bangunan ini tak simetris alias tidak sama antara sisi kanan dan sisi kirinya.

"Kita sengaja buat asimetris (tidak rata sisi kanan dan kiri). Saya ajak berputar Anda akan tahu tujuan bangunan ini dibuat begini," ujarnya.

Memasuki ruangan, Anda akan disambut dengan sebuah pintu kaca lebar berpadu dengan dinding melengkung. Lalu disambut dengan meja kayu yang bentuknya seperti aliran ombak di lautan.

Di sisi belaknganya ada sebuah ornamen hiasan berbentuk Kapal Pinisi. Bila dilihat dari depan, maka akan tampak kapal pinisi ini seperti berlayar di atas lautan lengkap dengan ombaknya.

Berbelok ke kiri, Anda akan menjumpai ruangan pertama dan menjadi ruangan paling luas di bangunan ini. Namanya adalah Giri Sasana. Ruang ini berfungsi sebagai tempat pusat pelatihan. Sekitar 200 kursi dan meja disusun berundak ke belakang.

Formasi kursi ini memungkinkan setiap orang bisa melihat langsung ke arah panggung tanpa terhalang oleh orang lain yang berada di depannya. Setiap meja dilengkapi dengan pengeras suara, sangat modern.

Bagian paling menarik dari panggung ini adalah latar belakangnya yang berupa susunan kaca-kaca lebar yang menghubungkan bagian dalam ruangan dengan bagian luar ruangan. Hasilnya, menjalani pelatihan di dalam ruangan ini, para peserta akan merasakan sensasi seperti berada di luar ruangan.

Beranjak ke ruang berikutnya, adalah Giri Budaya. Untuk menuju ruangan ini, akan ditemui sebuah area yang cukup lebar dan disambut dengan bagian lantai bertahap alias split level tiga tingkat.

"Ruangan ini adalah level selanjutnya yang kami desain untuk setiap pelatihan yang ada di sini. Di sini ada pelatihan budaya berupa wayang dan gamelan," katanya.

Sama seperti ruang sebelumnya, Giri Budaya juga dilengkapi dengan kaca-kaca lebar yang membuat sensasi bahwa berada di ruangan ini seperti berada di luar ruangan. Pemandangan serba hijau dari rerumputan dan pepohonan yang ada di luar, seperti menyeruak ke dalam bangunan.

Beranjak ke level berikutnya adalah Giri Pustaka. Berisi koleksi buku pendidikan budaya dan sejarah bangsa Indonesia.

Menilik keseluruhan fisik bangunan ini, bagian kaca-kaca lebar tadi dikombinasikan dengan dinding-dinding yang berbentuk menyerupai sirip-sirip yang jumlahnya ada 7 dari sisi atas ke bawah.

Menopang sirip-sirip ini, ada pilar-pilar beton yang dibuat dari cor baja yang dicat senada dengan sirip-sirip tadi yaitu warna putih.

"Sirip itu 7 karena 7 itu simbol yang baik-baik. Langit ada 7 lapis, samudera ada 7. Di bangsa kita juga kapal pinisi layarnya ada 7. Dan lainnya," jelas Tonny.

Keunikannya tidak sampai di sini. Bila di lihat dari atas, lanskap bangunan ini menyerupai bentuk tubuh Semar. Ini lah alasan mengapa bangunan ini tidak simetris antara satu sisi dengan sisi lainnya.



(dna/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads