Kondisi jalan di perbatasan Entikong sempat membuat Menteri PU dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono merasa malu karena jalan di sisi Indonesia rusak parah, sedangkan di sisi Malaysia mulus dan rapi. Rencananya ada perbaikan jalan sepanjang 34 Km senilai Rp 1,1 triliun.
Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Wilayah III Kementerian PUPR Tirtanadi mengatakan, kualitas jalan di perbatasan akan dibuat setara kualitas jalan tol dengan daya tahan hingga 40 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, kualitas jalan yang ada saat ini hanya bisa bertahan selama 15 tahun. Untuk mencapai kualitas jalan yang mampu bertahan 40 tahun, maka bahan material akan menjadi fokus perhatian. Sebelum dilakukan pengaspalan terlebih dahulu akan dilakukan pengecoran beton untuk memperkuat struktur jalan.
Selain itu, akan dilakukan perbaikan tahanan kemiringan jalan (Grade Resistance) tujuannya untuk mengurangi struktur tanah yang naik turun. "Yang menanjak akan kita buat lebih landai. Yang cekungan menurun bisa kita tutup. Jadi jalannya akan lebih landai," katanya.
Menurutnya kondisi jalan yang konturnya naik-turun, maka rentang jalan lebih panjang. Selain itu, posisi jalan yang menanjak akan menurunkan kecepatan laju kendaraan sehingga beban kendaraan terhadap jalan lebih tinggi, akhirnya membuat kondisi jalan lebih cepat rusak.
"Kalau jalannya stabil kan beban ke jalanan juga nggak terlalu besar," katanya.
Dengan pekerjaan ini, biaya yang diperlukan untuk membangun jalan setiap Km juga meningkat. "Dulu untuk membangun jalan dengan daya tahan 15 tahun butuh Rp 4 miliar/km, sekarang Rp 6 miliar/km. Di Kalimantan Barat tergantung juga lokasi. Kalau di situ ada perbaikan grade akan mempengaruhi juga nilai/km," tuturnya.
Selain pekerjaan badan jalan, perencanaan pembangunan drainase jalan di perbatasan juga menjadi perhatian. Perencanaan yang dimaksud terkait dengan aliran air.
"Desain jalannya harus dibuat agar air yang ke jalanan, misalnya kalau hujan, itu bisa mengalir bebas sehingga nggak membentuk genangan," kata Kepala Satuan Kerja Perencanaan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Provinsi Kalimantan Barat Hotasi Pasaribu.
Bila perencanaan pembangunan drainase tidak dilakukan dengan tepat maka air yang seharusnya bisa ke luar badan jalan justru bisa berbalik menggenangi jalan, sehingga memicu jalan cepat rusak.
"Musuh aspal itu kan air. Kalau sering tergenang jadi mudah rusak," terang Hotasi.
Jalan di perbatasan Entikong akan dibangun 4 lajur, lebar 2x7 meter lengkap dengan bahu jalan selebar 2 meter di kedua sisinya sehingga membuat jalanan akses menuju perbatasan ini akan nampak seperti jalan tol.
Di perbatasan Entikong akan ada 34 Km jalan menuju langsung ke perbatasan yang akan digarap oleh pemerintah pusat. Ruas jalan yang diperbaiki sepanjang 34 Km, terbagi menjadi 3 titik yakni ruas Sajingan-Aruk sepanjang 11,6 km, Balai Karangan-Entikong sepanjang 19,2 km dan Nanga Badu-Batas Serawak sepanjang 3,8 km.
Pekerjaan fisik ditargetkan mulai bisa dilakukan pada April 2015. Saat ini dalam persiapan lelang kontraktor yang akan menggarap konstruksi jalan dan penunjang jalan.
Pemerintah telah menyiapkan dana dalam Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) perubahan sebesar Rp 2,7 triliun untuk menggarap seluruh akses perbatasan secara nasional.
Dari anggaran itu, Kalimantan mendapat dana Rp 1,1 triliun untuk menggarap 34 km jalan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
(dna/hen)











































