Seperti diungkapkan Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, tujuan dikeluarkannya produk solar campur air, agar pemerintah bisa menghemat devisa negara, dan ketergantungan terhadap impor BBM atau minyak fosil makin berkurang walaupun jumlahnya kecil.
Namun, air yang dicampur tidak semudah yang dibayangkan, karena agar menyatu sempurna dan tidak berdampak buruk pada mesin, Pertamina mencampur zat aditif, yakni fatty acid (asam lemak).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Sudah Berhasil, Tapi Butuh Lolos Uji Lemigas
|
|
"Kita sudah tes, 5% campuran air sudah berhasil. Kita sedang menuju campuran 10% air," ungkap Bambang.
Tidak hanya Uji Lemigas, sosialisasi ke masyarakat dan produsen kendaraan seperti Gaikindo perlu dilakukan. Agar tidak menimbulkan kekhawatiran bagi pengguna solar campur air ini.
"Prosesnya hampir sama lah ketika kita mau meluncurkan Pertalite," ujarnya.
2. Komposisi Solar Air, 45% dari Non Fosil
|
|
"Jadi nantinya 75% Solar murni, dicampir 15% fatty acid, dan 10% air. Tapi ini masih dalam tahap uji coba. Doakan berhasil, sehingga ketergantungan negeri ini terhadap minyak bumi bisa makin berkurang, berapa pun jumlahnya," papar Bambang.
Fattya Acid sendiri merupakan olahan dari minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO).
3. Bukan Pertama di Dunia
|
|
"Di Inggris sudah pakai solar campur air untuk kendaraan," ungkap Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Ferdy Novianto
Ferdy mengatakan, Pertamina sendiri sudah menguji coba solar campur air ini sejak 2008 dan sudah digunakan untuk mesin statis. Namun belum lolos uji untuk sampai ke kendaraan.
"Kita sudah pakai solar campur air ke mesin statis dan sudah oke, sudah lulus uji. Untuk ke kendaraan sedang dalam tahap uji coba," ucapnya.
Ia menargetkan, uji coba untuk kendaraan ini selesai dalam 2 bulan lagi. Dengan begitu, diharapkan BBM jenis baru ini bisa segera diluncurkan.
"Kalau lolos uji coba untuk kendaraan 2 bulan lagi, kita pakai langsung ke mobil-mobil tangki kami yang angkut BBM. Patennya sudah ada, izin dagangnya sudah ada, tinggal tunggu uji cobanya," papar Ferdy.
4. Lebih Murah dan Bagus Dibandingkan Solar Nabati.
|
|
Dirut Pertamina Parta Niaga, Ferdy Novianto mengatakan, dengan campuran fatty acid dalam solar air harganya lebih murah 8% dari FAME . Sehingga tentunya harga akhirnya akan lebih murah.
Selain itu, solar campur air ini memiliki keunggulan dibandingkan biosolar.
"Biosolar (BBN 15%) dipakai ke kendaraan, kotoran atau kerak di dalam mesin rontok semua, sehingga pemakaian pertama, pemilik kendaraan disarankan mengganti saringan, takutnya tersumbat. Tapi risikonya karet seal pada mesin termakan juga, ya kan, kerak saja rontok apalagi karet seal," kata Ferdy.
Selain itu yang patut diwaspadai, bila kendaraan sudah memakai biosolar dan tidak dipakai selama 1,5 bulan, solar yang mengandung BBN ini akan memisah dan mobil akan susah untuk dinyalakan.
"Di Pertamina saja, kalau FAME-nya tidak segera habis terjual, di tangki penampungan FAME-nya 1,5 bulan akan berlumut," kata Ferdy.
Lalu bagaimana dengan solar campur air ini?
"Kita sudah uji coba, campuran solar murni 65%, 10% air, 15% fatty acid, dalam lima tahun campurannya tidak berubah, tetap menyatu dan baik. Jadi solar ini bisa menjadi salah satu opsi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor solar," kata Ferdy.
5. Dua Pabrik Disiapkan Untuk Produksi Solar Campur Air
|
|
Saat ini anak usaha Pertamina tersebut sedang menyiapkan 2 pabrik untuk produksi solar campur air.
"Kita bangun di Batulicin, Kalsel ini sedang dalam tahap pembangunan kapasitasnya 10.000 kiloliter (KL) per hari, sasaran utamanya perusahaan tambang. Kedua di Gresik yang masih dalam tahap negosiasi, di Gresik itu kita bangun pabriknya dengan kapasitas 2 x 10.000 KL per hari," ungkap Dirut Pertamina Patra Niaga Ferdy Novianto.
Halaman 2 dari 6











































