Menurutnya, impor beras akan menjatuhkan harga sehingga merugikan petani. "Sampai hari ini, sejak kami bergabung di kabinet kerja, tidak ada impor beras, harganya beras sekarang sudah stabil," ungkap Mentan Amran dalam keterangan tertulis, Senin (27/4/2015).
Sama halnya dengan beras, ketika harga cabai dan bawang merah melonjak pun, pemerintah tetap tak membuka pintu untuk impor. Alasannya, harga yang tinggi menguntungkan para petani kecil yang menanam cabai dan bawang merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini, lanjut A,ram, merupakan bukti dari komitmen Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) untuk sebisa mungkin memenuhi kebutuhan rakyat dari produksi dalam negeri sendiri. Pasalnya, ketergantungan pada pangan impor dapat mengancam kedaulatan negara.
"Kalau ketahanan pangan lemah, kedaulatan negara terancam, kriminalitas juga pasti meningkat," tegas dai.
Sebagai konsekuensinya, lanjut Amran, pemerintahan Jokowi-JK terus menyeriusi pengembangan pembangunan sektor pertanian.
Untuk mencapai swasembada beras, jagung, dan kedelai yang ditargetkan bisa dicapai pada 2017, Amran meminta para kepala daerah untuk menggenjot produksi ketiga pangan itu.
Bila target produksi di daerah terlampaui, dirinya berjanji akan menambah kucuran anggaran pertanian untuk daerah tersebut di tahun berikutnya. "Kalau produksi meningkat, kami akan tambah anggaran. Tapi kalau tidak naik, tahu diri saja," dia menegaskan.
Sebagai bentuk keseriusan lain untuk menggapai cita-cita swasembada pangan, pemerintah juga serius mengawasi penyaluran benih dan pupuk subsidi untuk para petani. Bila ada yang menyelewengkan, pemerintah tak segan-segan menindak tegas.
Untuk pupuk misalnya, dalam 4 bulan terakhir sudah ditahan 26 pelaku pengoplosan pupuk yang membuat pupuk subsidi langka. "Sampai hari ini 26 orang tertangkap karena mengoplos pupuk. Harus kita lindungi petani kita," pungkasnya.
Sebagai informasi, Kementerian Pertanian mengajukan tambahan dana Rp 16,9 triliun dalam APBN-P 2015 untuk menggenjot produksi pangan. Dalam APBN 2015, Kementerian Pertanian sudah mendapat anggaran Rp 15,8 triliun, sehingga total anggaran Kementan APBN-P 2015 adalah Rp 32,7 triliun. Tambahan anggaran ini diperoleh dari ruang fiskal yang luas pasca pengurangan besar-besaran subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Tambahan anggaran itu terutama difokuskan untuk rehabilitasi jaringan irigasi, bantuan benih, bantuan pupuk, dan bantuan alat mesin pertanian (alsintan). Tambahan anggaran rehabilitasi jaringan irigasi tersier untuk 1,1 juta areal lahan pertanian mencapai Rp1,32 triliun.
Ada juga anggaran pengadaan benih untuk 12 ribu Ha lahan tebu sebesar Rp 1,18 triliun. Anggaran bantuan pupuk untuk 3,6 juta Ha lahan padi dan jagung mencapai Rp 2,33 triliun. Dana untuk pengadaan 30 ribu ekor sapi indukan dan 1.200 ekor sapi bibit Rp 1 triliun.
Kemudian untuk pengembangan kakao berkelanjutan dianggarkan Rp 1,2 triliun. Pengadaan alsintan berupa 1.900 unit dryer berkapasitas 5 ton bahan bakar sekam dianggarkan Rp 855 miliar. Pengadaan benih padi untuk lahan seluas 2,6 juta Ha memakan dana Rp 650 miliar.
Pengadaan benih jagung untuk areal lahan 1 juta Ha disediakan Rp 750 miliar. Ada juga pengadaan traktor roda 4 untuk budidaya tebu sebanyak 500 unit yang dianggarkan Rp 475 miliar. Penambahan anggaran besar-besaran ini dilakukan untuk mencapai target swasembada pangan dalam 3 tahun.
Untuk tahun ini, Kementan menargetkan produksi padi sebesar 73,4 juta ton gabah kering giling (GKG), jagung sebanyak 20,33 juta ton, kedelai 1,27 juta ton, gula 2,97 juta ton, dan daging sapi 550 ribu ton. Semuanya ditarget naik dibanding 2014.
Pada 2014 lalu, berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2014 lalu, produksi padi adalah 70,6 juta ton GKG, jagung 19,13 juta ton, kedelai 920 ribu ton, daging sapi 460 ribu ton, dan gula 2,5 juta ton.
(dna/dnl)