Blusukan, Pejabat ESDM Ini Kenalkan Biogas dari Kotoran Manusia

Blusukan, Pejabat ESDM Ini Kenalkan Biogas dari Kotoran Manusia

Feby Dwi Sutianto - detikFinance
Sabtu, 13 Jun 2015 16:58 WIB
Cirebon - Kementerian ESDM hari ini blusukan ke daerah Cirebon Jawa Barat. Rombongan ini diwakili oleh Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana dan Kepala Unit Pengendali Kinerja Kementerian ESDM Widyawan Prawiraatmadja.

Agenda blusukan adalah sosialisasi program energi terbarukan, seperti energi surya, biogas hingga angin. Lokasinya adalah di Pondok Pesantren Ulumuddin Susukan, Cirebon.

"Potensi energi terbarukan di masing-masing pesantren. Pada saatnya kita pilih, energi apa yang bisa diterapkan. Maka salah satu pesantren sebagai pilot project," kata Rida di depan para pimpinan pondok pesantren di Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (13/6/2015).

Di depan para tokoh agama yang datang dari Nahdatul Ulama itu, Rida menyebut Kementerian ESDM melakukan uji coba pemanfaatan energi listrik dari bahan baku biogas. Dengan memanfaatkan kotoran santri, selanjutnya dikonversi ke dalam alat untuk menghasilkan listrik.

Uci coba dilakukan pada 15 pondok pesantren di seluruh Indonesia. Syaratnya ialah satu pondok memiliki santri minimal 500 orang.
"Sampah bisa hasilkan listrik. Dia bisa bekerja buat kita. Deketnya, kotoranya juga bisa dipakai kompos. Gasnya pakai listrik. Mulai tahun ini masuk 15 percontohan," ujarnya.

Untuk pondok berukuran lebih kecil, Rida menyebut ada program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS akan dipasang di atap pondok.

"Pondok minimal pakai listrik 20.000 Watt. Itu kurang lebih butuhkan panel surya 2.000 m2 dan dipasang di atapnya. Biayanya Rp 2,5 miliar. Kerjakaannya 3 bulan. Yang repot melihara. Bangun gampang, pelihara yang susah." ujarnya.

Selain membangun infrastruktur, Kementerian ESDM bakal melatih tenaga-tenaga untuk memelihara fasilitas energi terbarukan termasukan untuk mensosialisasikan proses pemanfaatan energi terbarukan.

Di tempat yang sama, Widyawan menyebut pemanfaatan energi terbarukan akan melihat kondisi geografis daerah. Bila posisi di dekat pantai maka pembangkit tenaga angin bakal dikembangkan sedangkan bila posisi berada di tengah-tengah antara gunung dan pantai maka PLTS yang cocok dibangun.

Widyawan menambahkan pesantren dibidik karena pihaknya ingin masuk ke komunitas agar lebih terasa manfaatnya.

"Energi di bumi pertiwi perlu dikembangkan. Kita punya banyak sekali energi yang terbarukan. Mudah dan murah mengelola. Untuk jangka panjang, ini menjamin keberlangsungan, kedaultan dan nggak impor. Energi ini bisa berdayakan masyarakat sekitar. Ada energi air, geothermal. Bisa jadi energi tenaga angin, surya," ujarnya.

(feb/mkl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads