Dalam 6 Bulan Dana Asing Masuk Rp 3,8 T, Hanya 9% dari Tahun Lalu

Dalam 6 Bulan Dana Asing Masuk Rp 3,8 T, Hanya 9% dari Tahun Lalu

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Minggu, 02 Agu 2015 12:10 WIB
Dalam 6 Bulan Dana Asing Masuk Rp 3,8 T, Hanya 9% dari Tahun Lalu
Jakarta - Investor asing masih mencatatkan beli bersih di sepanjang 2015 atau semester I. Pada periode awal 2 Januari 2015 hingga 31 Juli 2015 investor asing hanya mencatatkan beli bersih dengan nilai Rp 3,87 triliun di pasar saham.

Sebagai catatan, di sepanjang tahun lalu investor asing mencatatkan beli bersih senilai Rp 42,60 triliun, artinya selama 6 bulan ini hanya 9% dari sepanjang 2014.

Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam siaran persnya yang diterima detikFinance, Minggu (2/8/2015), mencatat di sepanjang pekan terakhir di bulan Juli 2015, asing banyak melepas kepemilikan sahamnya dengan mencatatkan jual bersih senilai Rp 110 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aktivitas perdagangan saham di periode 27 Juli 2015 hingga 31 Juli 2015 secara rata-rata masih menunjukkan peningkatan dibandingkan sepekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian meningkat sebesar 16,09% dari Rp 4,3 triliun menjadi Rp 5 triliun.

Sementara itu, rata-rata volume dan frekuensi transaksi masing-masing meningkat sebesar 35,91% dan 8,13%.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/07/2015), IHSG tercatat menguat 1,91% jika dibandingkan penutupan sehari sebelumnya di level 4.712,492 poin. Pada penutupan minggu lalu, IHSG ditutup pada level 4.856,695, sedangkan di minggu ini pergerakannya berakhir pada level 4.802,529 atau terkoreksi 1,11%.

Total emisi obligasi dan sukuk korporasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) di sepanjang tahun ini berjumlah 36 emisi dengan nilai emisi Rp 47,07 triliun.

Dari sisi nilai emisi, jumlah total emisi obligasi dan sukuk korporasi sampai dengan akhir pekan ini (year to date) telah melampaui pencapaian di sepanjang 2014 dengan total nilai emisi Rp 46,84 triliun dari hasil penerbitan 49 obligasi dan sukuk.

Dengan demikian, total nilai emisi obligasi dan sukuk sampai dengan saat ini berjumlah 271 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 246,66 triliun dan US$ 100 juta, diterbitkan oleh 104 Emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 96 seri dengan nilai nominal Rp 1.367,8 triliun dan 5 EBA senilai Rp 2,71 triliun.

Untuk data emiten baru sampai dengan saat ini sudah ada 11 emiten yang telah mencatatkan saham di BEI dengan nilai emisi Rp 8,92 triliun.

Sekadar informasi, di sepanjang tahun lalu ada 24 emiten yang mencatatkan saham di BEI dengan nilai emisi Rp 9,12 triliun. BEI masih optimis target 32 emiten baru di sepanjang 2015 dapat tercapai.

Pada 30 Juli 2015, BEI telah menghentikan sementara perdagangan efek dari PT Grahamas Citrawisata Tbk (GMCW) di pasar Reguler dan Pasar Tunai sejak sesi I Perdagangan Efek karena Keterlambatan Penyampaikan Laporan Keuangan Interim I per 31 Maret 2015.

BEI juga memperpanjang sanksi suspensi perdagangan Efek untuk 4 Perusahaan Tercatat yaitu PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN), PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) dan PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA).

Di sepanjang pekan ini, BEI juga menerbitkan pengumuman perubahan saham-saham yang masuk dalam penghitungan Indeks IDX30, Indeks LQ45, dan Indeks PEFINDO25 untuk periode Agustus 2015 sampai dengan Januari 2016.

Untuk Indeks IDX30, BEI memasukkan saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan mengeluarkan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). Untuk Indeks LQ45, BEI memasukkan saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), dan saham PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) untuk menggantikan saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Untuk Indeks PEFINDO25, ada sembilan saham yang dikeluarkan oleh PEFINDO yakni PT Acset Indonusa Tbk (ACST), PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), PT Bisi International Tbk (BISI), PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK), PT Link Net Tbk (LINK), PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), PT Nusa Raya Cipta Tbk (NCRA), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), dan saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Kesembilan saham tersebut menggantikan saham PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG), PT Asuransi Mitra Maparya Tbk (ASMI), PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA), PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE), dan PT Tifa Finance Tbk (TIFA).

Pengumuman lain yakni terdapat 2 saham baru yang masuk dalam Daftar Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan penyelesaian transaksi efek bagi nasabah oleh Perusahaan Efek (secara marjin) dan 2 saham yang masuk dalam Daftar Efek dengan pembiayaan penyelesaian transaksi efek bagi nasabah oleh Perusahaan Efek yang mengakibatkan posisi short (shortsell). Kedua saham tersebut adalah saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META).

Namun demikian, terdapat 8 saham yang keluar dari Daftar Efek Marjin dan Daftar Efek Shortsell, yaitu PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Modernland Realty Tbk (MDLN), PT Multipolar Tbk (MPPL), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).

(drk/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads