Pelemahan nilai tukar rupiah membuat mebel asal Indonesia menjadi lebih berdaya saing, sebab harganya menjadi murah di pasar ekspor, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa. Hal ini membuat pembeli di luar negeri menambah permintaannya.
"Buyer mengerti akan kenaikan dolar AS ini, akhirnya mereka nawar (pemesanan). In general ada kenaikan quantity (permintaan) sekitar 15-20%," kata Ketua AMKRI Soenoto melalui pesan singkat kepada detikFinance di Jakarta, Sabtu (29/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, pengusaha mebel yang banyak menggunakan bahan baku impor tentu harus gigit jari. Mahalnya bahan baku impor yang terpengaruh kurs dolar tentu menggerus keuntungan mereka. "Bagi eksportir yang local content-nya dominan tentu menguntungkan dan sebaliknya bagi yang local content-nya rendah," ucapnya.
Seperti diketahui, sampai penutupan perdagangan Jumat kemarin, dari data Reuters, dolar AS masih bertengger Rp 14.015, walaupun sempat melemah di Rp 13.972 karena intervensi Bank Indonesia.
Meski dolar melemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat 68,593 poin (1,55%) ke level 4.499,225. Indeks LQ45 melonjak 16,309 poin (2,16%) ke level 771,061.
(rrd/rrd)