Selain itu, dengan adanya kereta cepat apakah akan dimanfaatkan oleh publik? Apalagi ada pertimbangan tarif dan beberapa alternatif transportasi yang sudah ada seperti jalur tol, kereta Argo Parahyangan PT KAI, dan lainnya. Termasuk yang paling penting adalah volume arus manusia bergerak dari Jakarta-Bandung atau sebaliknya setiap hari.
Berdasar data yang dihimpun detikFinance dari beberapa sumber, Selasa (1/9/2015), dari data 2014 PT Jasa Marga selaku pengelola tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang), tercatat jumlah penumpang per hari Bandung-Jakarta rata-rata mencapai 51.626 orang. Sedangkan arah sebaliknya dari Jakarta-Bandung mencapai 1.639.435 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari perbandingan itu, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah akan ada migrasi besar-besaran masyarakat yang beralih ke kereta cepat?, dari transportasi kendaraan pribadi, bus, kereta Argo Parahyangan, dan sebagainya. Ada yang menganggap perhitungan estimasi penumpang kereta cepat terlalu berlebihan.
Proses migrasi ini akan sangat ditentukan oleh nilai keekonomian kereta cepat bagi publik, khususnya harga tiket. Selain mendapatkan kecepatan waktu Jakarta-Bandung yang hanya butuh sedikit lebih dari 30 menit, harus dibarengi dengan tiket yang terjangkau.
Pihak Jepang maupun China yang berniat membangun kereta cepat, melakukan perhitungan yang berbeda dalam proyeksi tarif tiket. Harga tiket kereta cepat Jakarta-Bandung hanya US$ 16 atau sekitar Rp 224.000/orang (US$ 1 = Rp 14.000) berdasarkan hitungan China, sedangkan yang ditawarkan Jepang mencapai US$ 21 atau sekitar Rp 294.000/orang.
(hen/dnl)