"Mengenai kereta cepat, keputusan pemerintah sangat jelas. Kalau dilihat dari proposal yang diterima, yang memenuhi syarat itu adalah proposal China karena tidak meminta jaminan pemerintah dan dana dari APBN. Jadi B to B (business to business), BUMN (China) dengan BUMN (Indonesia)," kata Rini usai rapat kerja dengan Komisi VI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
β"Karena itu sekarang Kementerian BUMN melakukan pendalaman dengan BUMN dari China untuk melakukan joint venture agreement. Sekarang lagi negosiasi. Kita harapkan selesai bulan ini," kata Rini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun skema pembiayaannya adalah hutang selama 40 tahun dengan bunga fixed 2% dari China Development Bank (CDB). CDB akan memberikan pinjaman sebesar 75% dari nilai project.β Diperkirakan biaya pembangunan kereta cepat membutuhkan dana Rp 70-80 triliun.
"Mereka (China) sudah menawarkan hutang 40 tahun dari China Development Bank. Bunganya fixed 2% untuk 40 tahun untuk komponen dolar-nya. Ada juga komponen renminbi. Saya lupa berapa persen," tutup Rini.
(rrd/rrd)