Untuk meningkatkan serapan kopi oleh industri, strategi yang perlu dilakukan adalah memperluas ragam pemanfaatan atau diversifikasi produk kopi dari sebelumnya terbatas produk minuman menjadi industri lainnya.
"Diversifikasi produk kopi tidak hanya sebagai minuman tetapi dikembangkan dalam berbagai jenis produk lainnya seperti kosmetik, herbal, farmasi, hingga essen makanan. Maka, mata rantainya makin panjang, beragam dan memberi nilai tambah yang dapat dinikmati petani sampai industri," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin usai mendampingi Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada Rapat Pengembangan Kopi Nasional di Lampung, Sabtu (13/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mempercepat peningkatan ragam produk turunan kopi, pemerintah terus menjamin iklim usaha yang kondusif bagi industri pengolahan kopi melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal serta penerapan standar.
Di dunia, Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam dengan produksi pada tahun 2014 sebesar 685 ribu ton atau 8,9% dari produksi kopi dunia dengan komposisi 76,7% merupakan jenis robusta dan sisanya arabika.
Sementara itu, tingkat konsumsi kopi masyarakat kita jauh di bawah negara–negara pengimpor kopi seperti USA 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 kg dan Finlandia 11,4 kg perkapita/tahun.
"Ruang pengembangan kopi kita masih lebar. Nilai ekonominya juga terus tumbuh namun jangan sampai kita terlena karena negara kompetitor juga agresif melakukan pengembangan produk kopi," tegas Menteri Saleh.
Kemenperin mencatat, ekspor produk kopi olahan tahun 2015 mencapai US$ 356,79 juta atau meningkat sekitar 8% dibanding tahun sebelumnya.
Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, RRC, dan Uni Emirat Arab.
Wapres Jusuf Kalla mengatakan, peningkatan produksi kopi berdampak langsung pada kesejahteraan petani. Menurutnya, kopi bersama cokelat merupakan dua komoditas yang tidak terpengaruh krisis.
"Tiap kenaikan harga kopi maka berarti pemerataan pendapatan karena 96% kebun kopi adalah perkebunan rakyat. Berbeda dengan sawit yang pengusahaannya didominasi perusahaan besar," ujarnya.
Wapres menambahkan, kebijakan pemerintah untuk semua komoditi pertanian berbasis pangan termasuk kopi adalah mendongkrak produksi.
Luas areal kopi nasional mencapai 1,23 juta hektare dengan produktivitas 721 kg/ha. Komoditas ini menciptakan lapangan kerja bagi 1,79 juta kepala keluarga.
(dna/ang)