"Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7% pada 2020," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam seminar di Kantor Pusat BI, Jakarta, Selasa (23/3/2016).
Menurut Perry, pemerintah sudah mulai langkah dengan sangat tepat. Reformasi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan mengurangi subsidi energi dan dialihkan untuk pembangunan infrastruktur dan bantuan bidang pendidikan dan kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan infrastruktur memang hanya difokuskan kepada yang bersifat dasar, namun hal tersebut berefek ganda. Tidak hanya mendorong infrastruktur tersebut terealisasi, melainkan juga memancing investor swasta untuk terlibat lebih jauh.
Bila ini bergerak cepat, maka akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tampak pada kuartal IV-2015, saat ekonomi melonjak sampai 5,04%. Padahal tiga kuartal sebelumnya hanya bergerak pada level 4,7%.
Dari catatan pemerintah, ada sebanyak 225 proyek nasional yang meliputi bandar udara (bandara), jalur kereta api, jalan, pelabuhan, perumahan, pembangkit listrik, sanitasi, bendungan, dan lainnya. Dari total tersebut, ada 30 proyek yang dianggap strategis.
"Belanja infrastruktur itu sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Perry menambahkan, agresivitas pemerintah juga harus diimbangi dengan kestabilan makro ekonomi. Khususnya dari sisi inflasi, yang sangat bergantung terhadap pasokan dan permintaan dari masyarakat.
"Inflasi masih besar dipengaruhi oleh harga bahan pangan yang cenderung volatile. Selain itu biaya distribusi juga jadi penyebabnya,"imbuhnya. (mkl/ang)