Kepala Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna, menyebut mangkraknya proyek tersebut dikarenakan kendala lahan dan seleksi tender yang kurang baik.
"Iya karena tanahnya, harusnya lebih baik. Kita kan saringan tender sekarang lebih ketat," jelas Herry Trisputra Zuna kepada detikFinance di Brebes, Jawa Tengah, Senin (11/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembebasan lahan salah satunya, tapi yang lain nggak tahu saya," ujar Mulya.
Selain itu, penyebab mangkraknya proyek tol di Jawa Tengah ini juga datang dari pihak tender. Tender atau pelaksana proyek terdahulu dinilai lamban dalam membangun sarana jalan tol untuk mempercepat mobilisasi.
"Kan perencanaan sudah lama, mungkin dulu kan ditenderkan menang konsesi, terus nggak tau kenapa," tutur Mulya.
Dengan mangkraknya proyek ini, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengambil alih proyek pengerjaan Tol Pejagan-Brebes Timur.
Setelah mengambil alih proyek tersebut pada 2014, Waskita langsung melanjutkan pembangunan Tol Pejagan-Brebes Timur. Hingga pada awal Mei mendatang Tol Pejagan-Brebes Timur siap dilewati.
"Dari 2014 langsung dikerjakan, kan dikejar pembebasannya terus kita kerjakan langsung simultan," terang Mulya.
Waskita Karya mampu merealisasikan Tol Pejagan-Brebes Timur hanya dalam jangka waktu 14 bulan.
"Waktu itu groundbreaking-nya pak Menteri sebelum lebaran, 14 bulan sampai sekarang selesai," kata Mulya.
Proyek jalan Tol Pejagan-Brebes Timur sepanjang 20 km menelan biaya hingga Rp 2 triliun.
"Pejagan-Brebes Timur Rp 2 triliun 20 kilometer km," tutup Mulya. (ang/ang)