Menariknya, ide pertukaran data ini justru muncul dari negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang ternyata mengalami defisit neraca keuangannya lantaran penerimaan pajaknya tak pernah mencapai target sehingga tak cukup untuk mendanai pembangunan infrastruktur di negara tersebut.
"Dari mana EAOE muncul? Datang dari Amerika. Karena, mereka frustrasi banyak yang menyimpan dananya di luar negeri seperti di Swiss," kata Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro dalam pidatonya pada pembukaan acara International Conference on Tax, Investment, and Business di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (23/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, negara adidaya tersebut kehilangan potensi penerimaan dari pajak yang cukup besar.
"Namun dengan upaya keras akhirnya ia (Amerika) bisa membuka informasi bank di Swiss, sehingga bisa mendapat data rekening orang kaya Amerika di Swiss," sambung dia.
Hal ini lah yang menjadi cikal bakal munculnya ide AEOI di negara-negara anggota G-20. Agar lebih mudah melacak transaksi dan kekayaan perusahaan di satu negara meskipun dia melakukan transaksi di luar negeri.
"Dengan adanya ini no more bank secret, nowhere to hide (tak ada lagi kerahasiaan bank, tak ada tempat untuk bersembunyi)," pungkas dia. (dna/feb)











































