Lalu bagaimana kondisi di lapangan saat ini? Pada pekan pertama puasa harga daging masih tinggi, berada di atas Rp 100.000/kg.
Di Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek), daging segar dijual di kisaran Rp 110.000-120.000/kg. Harga daging di pelosok bahkan jauh lebih mahal, ada yang mencapai hingga Rp 200.000/kg di pedalaman Aceh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu cara yang sudah dilakukan pemerintah untuk menekan harga daging adalah, mengimpor daging beku dari Australia.
Kemarin, Perum Bulog sudah menerima daging beku asal negeri kanguru sebanyak 300 ton masuk ke Gudang di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Perusahaan pelat merah ini sudah dapat izin mengimpor 10.000 ton.
Sampai Lebaran dan ke depannya, Bulog siap mendatangkan 5.000 ton daging beku secara bertahap. Daging impor ini dijual Bulog Rp 85.000/kg.
Sayangnya meski stok daging sudah ditambah oleh impor, harga daging segar di pasar seolah tak mau turun, masih tetap di atas Rp 100.000/kg.
Salah satu pemilik Rumah Potong Hewan (RPH) di Cengkareng menjelaskan kenapa harga daging segar bisa mahal.
Almunir Mochtar, pemilik Rumah Potong Hewan (RPH) Bina Karya, mengatakan sapi impor dari feedloter dibanderol Rp 43.000/kg bobot timbang hidup, sedangkan sapi lokal harganya Rp 44.000/kg bobot timbang hidup.
Harga tersebut masih harus dikalikan 2 saat masuk ke RPH untuk biaya pemotongan. Lalu, ditambah Rp 20.000 untuk biaya pelepasan tulang. Sehingga untuk sapi impor saat sampai di pasar harganya Rp 106.000 sedangkan sapi lokal Rp 108.000.
Nah, setelah sampai ke tingkat pedagang pengecer harganya bisa berkisar antara Rp 115.000-120.000/kg.
"Cara biar harga Rp 80.000/kg, ya dari harga sapi hidup harus turun, jangan Rp 43.000/kg. Penurunan bisa dimusyawarahkan tapi maksimal Rp 40.000/kg untuk timbang hidup. Itu pun tidak kategori daging bersih (tanpa lemak) tapi daging standar (masih berlemak). Kalau mau bersih ada biaya lagi," ujar Almunir ditemui saat sidak KPPU dini hari kemarin.
Pemerintah sendiri memilih memasok daging impor beku untuk menurunkan harga ini. Namun lagi-lagi, masyarakat ternyata tidak begitu suka dengan daging impor dan memilih daging segar.
Ketua Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Gardjita Budi, mengatakan hal ini disebabkan mayoritas masyarakat Indonesia yang tidak terbiasa dengan kualitas daging beku, dan selama ini terbiasa dengan daging yang baru dipotong.
"Kalau di Malaysia, Singapura dan negara-negara maju lain itu sudah terbiasa dengan daging beku. Lidah masyarakat kita itu sudah terbiasa dengan daging hangat. Padahal daging beku itu lebih higienis," katanya ketika ditemui sebelum rapat koordinasi di Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (10/06/16).
Padahal menurut Gardjita, kualitas daging beku tidak berbeda dengan daging lokal yang baru saja dipotong. Daging impor dinilai lebih higienis karena sudah melewati berbagai proses penanganan yang baik.
"Preferensi masyarakat yang lebih memilih daging hangat dibanding daging beku. Padahal daging beku memiliki kehigienisan yang lebih baik dari daging yang baru dipotong," ucapnya. (ang/dnl)











































