Namun, karena di sana tidak ada penolakan, maka daging kerbau dari India dianggap biasa saja. Sedangkan di Indonesia, kebijakan impor daging kerbau India justru ditolak.
"Sebetulnya, konsumen itu kan hanya diajari oleh orang-orang yang kadang-kada menurut saya tidak bertanggung jawab. Kalau pernah ke Timur Tengah atau Malaysia, yang dimakan itu daging kerbau dan dagingnya dari India. Hanya, karena tidak ada black campaign di sana, jadi biasa aja," kata Djarot di Istana Negara, Senin (11/7.2016)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, setelah ada daging kerbau, maka margin daging sapi akan tertekan.
"Iya jelas. Wong selama ini dia dengan daging sapi itu, mohon maaf ya, ada cukup margin yang signifikan. Dengan adanya kerbau, malah akan menekan margin sapi mereka," kata Djarot.
Kebijakan impor ini diprotes oleh PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) karena Pasal 36 Undang Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 41 Tahun 2014, yang merupakan landasan hukum pembukaan impor daging kerbau dari India, sedang digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).
PPSKI menyatakan harusnya pemerintah menunggu dulu keputusan MK, apakah impor daging kerbau dengan sistem berbasis zona (zona base) sah atau tidak. (hns/ang)