Seperti apa kondisi darurat itu? Jika sedang jalan-jalan di pusat perbelanjaan atau window shopping, lalu ada diskon dan ingin beli, padahal tidak ada budget, ini bukan kondisi darurat ya. Atau sedang servis mobil melihat ada aksesoris baru, ini juga bukan kondisi darurat.
Kondisi darurat seperti: sakit dan tidak punya asuransi, ada keluarga (orang tua) yang sakit atau meninggal, PHK, kecelakaan, pernikahan yang dilaksanakan satu tahun mendatang, atap rumah roboh, menabrak pagar tetangga dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa jadi Anda single hanya butuh dana darurat 3 kali pengeluaran, namun Anda nyaman dengan 5 kali gaji, maka tidak menjadi masalah. Secara umum, besaran kebutuhan dana darurat yang disarankan adalah:
1. single, tidak punya tanggungan, 4 kali pengeluaran
2. menikah memiliki 1-2 anak atau single dengan 3 tanggungan, 6-9 kali pengeluaran
3. menikah memiliki 3 anak atau lebih, atau single dengan 4 tanggungan atau lebih, 9 - 12 kali pengeluaran,
atau tergantung kenyamanan Anda masing-masing, dengan catatan bahwa angka di atas adalah batasan minimal.
Dana darurat ini harus rutin di-review setidaknya setahun sekali, apakah harus ditambah, tetap atau perlu dikurangi. Faktanya jarang yang turun jumlahnya, yang ada adalah harus ditambah secara rutin. Berikut beberapa alasan mengapa dana darurat harus di-review.
Terjadinya Inflasi
Kenaikan biaya hidup, akibat kenaikan harga- harga barang atau inflasi, menyebabkan naiknya pengeluaran. Pengeluaran yang naik, otomatis jumlah dana darurat yang harus dibentuk juga ikut naik, disesuaikan dengan tingkat inflasi atau angka pengeluaran. Misalkan inflasi sebesar 20%, maka dana darurat perlu ditambah minimal sebesar 20%.
Contoh jika saat ini anda single tanpa tanggungan dengan jumlah dana darurat 4 kali pengeluaran rutin per bulan total sebesar Rp 40 juta, dengan inflasi 20% ditahun ini, maka total dana darurat terbaru menjadi Rp 48 juta.
Perubahan Jumlah Tanggungan
Dana darurat perlu di-review karena kemungkinan bertambah atau berkurangnya jumlah tanggungan. Perubahan jumlah beban tanggungan mempengaruhi perubahan jumlah pengeluaran rutin, sehingga mempengaruhi jumlah dana darurat yang harus dibentuk.
Jumlah tanggungan berubah karena kelahiran atau natatlitas, mortalitas, atau adanya anggota baru selain kelahiran di rumah Anda. Misal, sekarang bertambah adanya Home Asisten (HA), yang tahun sebelumnya tidak menggunakan jasa HA atau ada keponakan yang melanjutkan kuliah dan tinggal bersama Anda dan lain sebagainya.
Baca juga: Membuat Resolusi Keuangan di Awal Tahun (1) |
Terdengar rumit, itu sebabnya kenapa kita harus mengerti dan belajar dengan mengambil kursus di workshop yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.
Di Jakarta dibuka workshop sehari tentang bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari tentang Reksadana. Ada juga workshop khusus tentang Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.
Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.
Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)
Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.
Di artikel berikutnya akan dibahas lebih lanjut tentang mengapa kita harus melakukan review secara rutin terhadap dana darurat kita, agar ketika kondisi darurat tersebut terjadi maka tidak menyulitkan kita secara finansial.
Baca juga: Asuransi Jiwa Itu Seronok! (1) |
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel. (ang/ang)