Beberapa orang merasa bingung di tengah pandemi ini, biaya-biaya apa saja yang harus ditekan agar bisa memenuhi kebutuhan yang makin meningkat, terutama kebutuhan akan produk-produk kesehatan.
Financial Planner, Aidil Akbar Madjid dalam sesi Good Financial Plan in This New Normal dalam webinar Living a Good Life With Bakti BCA yang disiarkan secara live di detikcom memberi saran biaya-biaya hidup apa saja yang perlu ditekan saat masa pandemi. Menurutnya, dalam kondisi normal, ada rumus membagi penghasilan untuk berbagai kebutuhan, yakni rumus 40:30:20:10.
Rinciannya adalah 40% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk cicilan, 20% untuk investasi dan lifestyle, serta 10% untuk sosial. Dalam kondisi pandemi, biaya untuk investasi dan lifestyle bisa ditekan untuk dialihkan guna memenuhi kebutuhan hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau punya kewajiban, berarti kewajiban gak bisa dihilangkan. Kedua, transport bisa ditekan, biaya nongkrong (ngopi) bisa hilang," ujarnya dalam webinar tersebut, Minggu (7/6/2020).
Porsi biaya sebesar 10% untuk memenuhi kebutuhan sosial juga bisa dialihkan, termasuk yang sebelumnya dipakai untuk belanja produk-produk fashion, bisa dipakai untuk belanja bahan masakan atau produk kesehatan.
Bagi yang memiliki cicilan rumah terlalu berat, Aidil menyarankan untuk memperpanjang jangka waktu pinjamannya. Aidil tidak menyarankan untuk melepas rumah karena rumah adalah aset yang nilai investasinya terus berkembang.
"Kalau pinjaman sudah berjalan beberapa tahun, kita meminta tim financing untuk menambah jangka waktunya. Memang secara hutang, memanjangkan hutang lagi, tapi paling enggak itu bisa nambah sekitar 3-6 bulan untuk menutup kekurangan kebutuhan hidup," jelasnya.
![]() |
Terakhir, yang paling penting menurut Aidil adalah terus berpikir positif, bahwa setelah badai berlalu pasti ada sesuatu yang baik. Paling tidak dalam waktu 1-3 bulan tetap harus waspada.
Bahkan hingga saat pemerintah mengumumkan semuanya sudah baik, sudah bisa berjalan normal seperti biasanya, pandemi telah berakhir, ia menyarankan untuk melihat situasi dan kondisi keuangan terlebih dahulu, apakah sudah stabil atau belum. Jangan buru-buru melakukan sesuatu yang mengeluarkan banyak uang.
"Jangan lupa, mengatur uang seefisien mungkin, kita tahan dulu sampai bener-bener pemerintah bolang oke. Jangan euforia dulu," pungkasnya.
(ega/dna)