Dari enam negara Asia Tenggara itu, Indonesia sejak tahun 2014 berada di peringkat pertama sebagai negara dengan pasar e-commerce terbesar di ASEAN. Tahun lalu, penjualan online di Indonesia mencapai US$ 1,1 miliar. Euromonitor memperkirakan tingkat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan (CAGR) penjualan online di Indonesia untuk periode 2014 - 2017 ada di angka 38%.
Thailand berada di peringkat kedua dengan penjualan online yang juga berada di kisaran US$ 1,1 miliar, dengan perkiraan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 19%. Sedangkan Singapura di peringkat ketiga dengan total penjualan US$ 860 juta, CAGR sebesar 13%.
DBS Group Research dalam laporannya yang berjudul E-Commerce in Asia Bracing for Digital Disruption menyebutkan, ada tiga hal yang menyebabkan belanja online di Asia Tenggara masih rendah dibandingkan dengan Tiongkok dan AS.
Pertama, konsumen kurang percaya terhadap mekanisme pembayaran. Di Asia Tenggara, hanya 10% dari populasinya yang memiliki kartu kredit. Dari jumlah itu, hanya sedikit yang menggunakannya untuk belanja online. Mereka khawatir ditipu ketika melakukan transaksi melalui kartu kredit. Sebagian konsumen lebih memilih cash–on-delivery. Namun mekanisme ini memunculkan kerumitan dalam proses pengiriman.
Masalah kedua adalah pengiriman. Selain Singapura, jaringan pengiriman barang di negara-negara Asia Tenggara masih belum memadai. Jasa pengiriman pos sering tidak bisa diandalkan. Selain itu, jasa pengiriman logistik juga belum siap menangani paket kecil dengan volume tinggi.
Persoalan ketiga adalah marketing. Dibandingkan Tiongkok, penjualan online di ASEAN lebih rumit. Perbedaan budaya, bahasa dan peraturan membuat pelaku usaha online kesulitan menyesuaikan portal mereka sehingga bisa beroperasi di berbagai negara ASEAN.
Meski rendah dan menghadapi kendala, namun potensi pasar ASEAN cukup menjanjikan seiring pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduknya yang besar. Ini ditunjukkan dengan masuknya sejumlah perusahaan e-commerce dunia ke kawasan ini.
Rakuten misalnya, mendirikan kantor pusat Asia Tenggara di Singapura pada 2013. Kemudian Alibaba, raksasa e-commerce asal Tiongkok membeli 10% saham Singapore Post pada Juni 2014. Ini menjadi sinyal Alibaba ingin melebarkan pasar ke kawasan ASEAN. Sedangkan di Indonesia, Tokopedia mendapatkan suntikan hingga US$ 100 juta dari SoftBank Corp dan Sequoia Capital pada Oktober 2014.
(adv/adv)











































