DBS Group Research memprediksi harga batu bara akan naik dari US$ 65 menjadi US$ 75 per ton. Level harga ini diperkirakan bertahan mulai tahun ini hingga 2024, lalu sedikit turun ke US$ 70 per ton pada 2025.
"Selain karena pengaruh kondisi cuaca, kami melihat adanya perubahan struktur pasokan global dalam tiga tahun terakhir," papar analis DBS William Simadiputra dalam laporan berjudul 'Indonesia Industry Focus: Thermal Coal Sector – The Current Rally Has Legs' yang dirilis 19 Januari 2018.
Menurut William, kenaikan terutama didorong oleh rendahnya pasokan batu bara global seiring pengurangan produksi yang dilakukan beberapa tahun terakhir. Efisiensi produksi akibat kampanye pengurangan polusi udara di Eropa ini, berisiko menguras cadangan batu bara dalam jangka panjang.
Selain itu, meningkatnya permintaan untuk fasilitas pembangkit listrik di ASEAN turut mendongkrak kenaikan harga batu bara. DBS Group Research memprediksi ASEAN akan menjadi pengimbang di tengah rendahnya permintaan batu bara global. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), permintaan batu bara ASEAN akan meningkat 100 juta ton hingga 2020 dibandingkan sebelumnya.
Bagi produsen Indonesia, kenaikan harga batu bara akan berdampak positif. Masih menurut William, pendapatan perusahaan-perusahaan batu bara akan terdongkrak karena harga rata-rata penjualan yang lebih tinggi. Ini akan menutupi naiknya biaya operasional yang disebabkan kenaikan harga minyak mentah pada 2018.
"Diperkirakan pendapatan tumbuh 11-15 persen," ujarnya.
Kegiatan investasi di sektor ini pun akan tumbuh positif, di tengah target ekspansi yang masih rendah. Apalagi industri batu bara Indonesia cenderung masih dalam kondisi defensif, mengingat belum banyak perubahan signifikan yang dilakukan untuk meningkatkan produksi. Ini yang menyebabkan produsen ragu-ragu untuk meningkatkan operasionalnya lebih agresif.
Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di China. Produsen batu bara di sana melakukan konsolidasi struktural melalui merger dan akuisisi untuk menjaga produksi di level 1 miliar ton. Selain memudahkan pengawasan, konsolidasi juga untuk mencegah anjloknya harga batu bara yang pada akhirnya mengancam keberlanjutan industri ini. Sebagai penghasil batu bara terbesar, China menyumbang 46 persen terhadap pasokan batu bara global dengan total 3,6 miliar ton di 2016. (adv/adv)