Tak mau kalah dengan kota yang menjadi pusat ekonomi, Pulau Rupat lambat laun mulai menggeliat. UMKM jadi motor gerakan ekonomi di sini. Banyak dari mereka, sudah mereguk manisnya buah dari usaha mereka. Beberapa di antaranya sukses karena menikmati kucuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI sebagai bank andalan usaha mikro.
Salah satunya adalah seorang petani kelapa sawit, Sawin (58) yang berhasil memanfaatkan KUR dari BRI. Ia mengatakan pada tahun 2015 ia memutuskan untuk mengajukan pinjaman KUR ke Bank BRI sebesar Rp 25.000.000 untuk membeli lahan di Pulau Rupat seluas 6 hektare yang kemudian ditanami sawit.
"Kemudian pinjam lagi Rp 50.000.000 untuk membeli lahan kembali seluas 5 hektare. Jadi sekarang saya punya total sekitar ada kurang lebih 30 hektare berkat bantuan KUR dari BRI," imbuh Sawin kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Ia pun mengatakan dengan adanya bantuan KUR dari Bank BRI usaha yang ia tekuni sejak lama ini semakin maju.
![]() |
"Dengan adanya bantuan pinjaman dari BRI jadi sudah lumayan gitu untuk kami beli mobil untuk operasional. Dulu awalnya saya hanya punya 10 hektare, setelah ada pinjaman dari BRI untuk memperluas lahan jadi bisa memiliki total kira-kira 30 hektare," tuturnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh sekelompok nelayan yang berada di Pulau Rupat, Kelompok Nelayan Cabuk. Pemimpin Kelompok Nelayan Cabuk Dulkahar (62) mengakui ketika pinjaman KUR belum ada di tahun 2015 ekonomi yang dimilikinya sangat merosot.
"Dulu ikan banyak namun harga murah sebagai contoh ikan senangin dulu per kilo hanya dihargai Rp 16.000-20.000. Pendapatan hanya sekitar Rp 1.000.000 per bulan," imbuhnya.
"Sekarang, Kami nelayan kecil ini untuk 1 kelompok ada 9 orang dan mendapat pinjaman KUR dari Bank BRI untuk kami gunakan membeli alat tangkap, beli jaring, kadang untuk kami perbaiki ketika mesin rusak," katanya.
Ia pun merasakan KUR sangat membantu dalam pekerjaannya sebagai nelayan. Dari awalnya pendapatan mereka sekitar Rp 1.000.000 per bulan, kini berkembang dan mereka bisa mendapatkan Rp 3.000.000 per bulan.
![]() |
Dulkahar pun mengatakan dirinya baru sekali meminjam KUR sebesar Rp 25.000.000 untuk 5 tahun. Ia menilai KUR sangat membantu dirinya dan berharap tidak dihilangkan
"Harapan kami ya janganlah dihilangkan atau dihapuskan pinjaman KUR ini karena bunga yang sangat murah dan terjangkau bagi nelayan. Dari pinjaman BRI sehingga kami bisa melaut dan bisa membuat anak-anak kami juga berkuliah. Kemudian kami bisa membeli kebun sedikit-sedikit untuk deres karet," imbuhnya.
![]() |
Di sisi lain, PJ Bupati Bengkalis Syahrial Abdi melihat perkembangan ekonomi di Pulau Rupat terus menggeliat, terlebih setelah masuknya Bank BRI pada tahun 2015. Ia meyakini dengan adanya BRI menjadi tanda kalau di Pulau Rupat punya potensi ekonomi yang apalagi BRI juga telah membantu dalam menyalurkan bantuan-bantuan mulai dari KUR hingga BPUM.
Pemda Bengkalis pun memiliki beberapa skema pemulihan ekonomi mulai dari bantuan sosial, hibah hingga bantuan KUR yang menyasar UMKM kecil di Pulau Rupat. Dengan adanya BRI, Abdi pun berharap skema pemulihan Pemda Bengkalis dapat terlaksana dengan baik dan diterima oleh masyarakat.
"Mudah-mudahan ini juga bisa mendorong atau membantu kami pemerintah kabupaten, karena kami juga punya skema pemulihan ekonomi yang tentunya akan lebih mudah kalau ini dikelola dan sampai ke masyarakat melalui BRI yang sudah eksis di Rupat," pungkas Abdi.
![]() |
Sementara itu, Pemimpin Cabang BRI Dumai yang membawahi BRI Unit Rupat Muhammad Fendi Maulana mengatakan BRI Kantor Cabang (Kacab) Dumai sudah berdiri dari tahun 1988. Sedangkan untuk BRI unit Rupat sudah berdiri kurang lebih hampir 5 tahun yaitu sekitar tahun 2016.
"BRI unit ini ada dibawah supervisi kami dari kacab Dumai yang memiliki 10 kantor BRI unit. BRI unit Rupat secara wilayah pemerintahan ada di wilayah Bengkalis, namun secara wilayah kerja BRI unit ada di wilayah kerja atau supervisi di Kacab Dumai," ungkap Fendi.
Fendi juga mengatakan di Pulau Rupat, BRI terus menyalurkan KUR di Pulau Rupat, agar ekonomi yang ada di daerah ini tetap bergairah.
"Kita tetap memberikan komitmen yang sama untuk bisa menyalurkan KUR ini untuk membantu masyarakat untuk mengakses keuangan melalui bank dengan cara yang mudah, proses cepat, nyaman bagi nasabahnya, yang mana beban atau kewajibannya jauh lebih ringan dibandingkan dengan fasilitas kredit komersial," tutur Fendi.
Tak hanya itu, di masa pandemi kali ini Fendi mengatakan BRI tidak bisa dipisahkan dengan debitur yang menikmati modal kerja atau investasi, dan BRI berkomitmen untuk mengembangkan UMKM di Indonesia, khususnya di Pulau Rupat.
Adapun beberapa penyelamatan UMKM telah dilakukan oleh BRI seperti restrukturisasi atau relaksasi kredit untuk para nasabahnya. Diharapkan selama pandemi, UMKM tetap bisa bertahan.
"Kita juga melakukan penyelamatan kredit dengan cara restrukturisasi atau relaksasi sehingga pandemi ini tidak menghantam 100% nasabah kita maka diberikan penundaan pembayaran, mengubah pola atau skema pembayaran sampai dirasa waktunya sudah aman dari pandemi," pungkas Fendi. (adv/adv)