Inisiatif ini tidak hanya soal instrumen teknis, tapi juga diyakini para ekonom akan membuat pasar keuangan Indonesia lebih efisien, likuid, dan dapat menekan biaya bagi dunia usaha serta mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan dirinya melihat BI dalam mengembangkan OIS berbasis INDONIA sebagai instrumen kurva suku bunga domestik pengganti Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) dan transaksi melalui matchmaking OIS serta penerbitan BI Floating Rate. Menurutnya, inisiasi dari BI menjadi bagian dari pendalaman pasar keuangan Indonesia.
"Tentu saja, kalau transaksinya semakin besar, tentu semakin akan membuat market lebih efisien dan pada akhirnya kemudian kalau semakin akan menurunkan biaya untuk dunia usaha juga, terutama juga di perbankan. Efisiensi ini sekarang semakin penting di situasi yang seperti saat ini," ujar Andry kepada detikcom, Jumat (26/9/2025).
Selain itu, ia mengatakan implikasi dari peluncuran OIS dan DNDF berbasis INDONIA, akan berdampak bagi perekonomian terutama ke sektor keuangan Indonesia. Pengembangan transaksi DNDF juga memberi instrumen lindung nilai valas yang lebih kredibel, sehingga menambah kedalaman instrumen di luar pasar spot, repo, dan obligasi.
"Bank Indonesia ini akan mendorong likuiditas di pasar derivatif yang lebih dalam. Kalau kemudian pasar derivatifnya juga likuiditas di pasar derivatif itu semakin dalam, instrumen rupiah juga akan lebih menarik bagi investor asing. Jadi akan meningkatkan aliran modal jangka pendek maupun menengah," jelasnya.
"Intinya dengan pasar keuangan yang semakin efisien dan dalam maka akan menurunkan cost dan akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," sambung Andry.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David E. Sumual menjelaskan dampak menyeluruh dari adanya OIS dan DNDF berbasi INDONIA. Ia mengungkapkan dengan adanya inisiasi dari Bank Indonesia bersama OJK dan perbankan ini, dapat semakin melengkapi lagi terkait instrumen finansial dan pendalamannya.
"Dengan tambahan instrumen hedging ini ya kita berharap transaksi finansial yang biasanya juga dilakukan di offshore itu bisa lebih banyak dilakukan di onshore. Tapi ini juga harus dibarengi juga dengan instrumen-instrumen lain tentunya ya berkait dengan perjanjian induk derivatif," ujarnya.
David menambahkan, perbankan dan instrumen lainnya dapat ikut dalam perjanjian induk tersebut. Dirinya juga menyoroti soal jaminan hukum, terlebih masih terdapatnya persoalan hukum yang dapat mengganggu alur instrumen finansial.
"Kita berharap likuiditas transaksi ini bisa dilakukan di onshore dan membantu juga stabilitas dari valas kita juga. Jadi, Bank Indonesia juga bisa lebih leluasa juga dalam mengarahkan kebijakan moneter," jelasnya.
![]() Dok. BI |
Sementara itu dalam peluncuranOIS danDNDF berbasisINDONIA, Kepala Eksekutif Pengawas PerbankanOJK, DianEdiana Rae dalam sambutannya menilai penggunaanINDONIA sebagai acuanOIS merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kredibilitas, transparansi, dan efektivitas suku bunga rupiah, sejalan dengan reformasi suku bunga global.OJK berkomitmen melakukan pemantauan, pendampingan, dan mendorong pemanfaatan instrumen berbasisINDONIA agar memberi manfaat optimal bagi stabilitas sistem keuangan.
"Dengan sinergi seluruh pemangku kepentingan, kita optimis pasar keuangan Indonesia semakin kompetitif dan berdaya saing global," ujar Dian dalam acara Penandatanganan Perjanjian Induk Derivatif Secara Bersa dan Launching Matchmaking OIS, di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Jumat (26/9/2025).
Lebih lanjut, Dian menuturkan pihaknya berharap INDONIA (beserta produk turunannya, OIS dan IRS) sebagai suku bunga rujukan tenor overnight, dapat bersaing dengan negara lain.
Dirinya juga berharap, transisi JIBOR ke INDONIA, pengembangan instrumen pasar berbasis INDONIA, serta pengembangan transaksi DNDF, dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat nyata bagi pendalaman pasar keuangan yang pada akhirnya memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional.
"Dengan dukungan, sinergi, dan komitmen seluruh pemangku kepentingan, kami optimis langkah ini dapat mendorong terciptanya ekosistem keuangan yang lebih efisien, kredibel, dan berdaya saing, sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan ketersediaan suku bunga acuan berbasis INDONIA yang kontinu, transaksional, dan mudah diakses diharapkan memperkuat price discovery berbagai instrumen keuangan, mulai dari kredit, surat berharga, hingga derivatif.
"Untuk memperkuat ekosistem OIS, Bank Indonesia menginisiasi matchmaking OIS, penerbitan BI-Floating Rate Notes (BI-FRN), perluasan interkoneksi dan penguatan kompetensi pelaku pasar, serta penguatan price discovery. Matchmaking OIS bertujuan untuk memfasilitasi price discovery dan mendorong pasar OIS domestik, sekaligus mendukung pembentukan reference rate INDONIA yang bersifat forward looking," ungkap Destry. (adv/adv)