Kolaborasi antara Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong lahirnya talenta digital baru. Melalui BI-OJK Hackathon 2025, dua regulator ini menyiapkan ruang bagi generasi muda untuk menghadirkan solusi nyata bagi ekonomi digital Indonesia.
Ajang ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menjawab berbagai tantangan nyata di sektor keuangan dan teknologi. BI-OJK Hackathon 2025 yang digelar sebagai bagian dari rangkaian FEKDI x IFSE 2025 ini mempertemukan regulator, pelaku industri, dan inovator digital dalam satu panggung kolaborasi.
Menurut Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Santoso Liem, kehadiran Hackathon ini penting sebagai sarana mencari talenta digital yang dapat mendukung arah digitalisasi ekonomi nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah salah satu kesempatan di mana BI bersama OJK berkolaborasi untuk mencari talent-talent yang ada di Indonesia. Khususnya kita tahu semua bahwa saat ini digitalisasi telah marak di Indonesia dan tantangannya adalah bagaimana talent-talent ini bisa mendukung daripada digitalisasi," ujar Santoso di Jakarta International Convention Center (JICC) Hall B, Jumat (31/10/2025).
Santoso menilai digitalisasi bukan hanya soal teknologi, tetapi bagaimana hasilnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat dan pelaku usaha. Ia mencontohkan, salah satu topik yang diangkat dalam hackathon tahun ini adalah pemanfaatan AI Services untuk membantu UMKM memahami kebutuhan ekspor negara lain.
"Tujuannya adalah bagaimana memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk mem-feeding kepada para UMKM untuk mendapatkan ide sebenarnya kebutuhan ekspor apa sih yang dibutuhkan negara-negara tertentu," jelasnya.
![]() Foto: CEO DANA Indonesia, Vince Iswara (Shalli Irda/detikcom) |
Hal senada disampaikan CEO dan Co-Founder DANA Indonesia, Vince Iswara. Menurutnya, Hackathon ini membuka peluang besar bagi para talenta muda untuk berinovasi sekaligus memahami kondisi nyata di industri keuangan digital Indonesia.
"Kalau saya lihat sendiri bahwa sebenarnya kan dengan adanya AI, dengan adanya inovasi-inovasi yang terjadi di lapangan, itu sekarang banyak sekali kesempatan untuk berinovasi, terutama bagaimana kita mengembangkan inklusi keuangan di Indonesia," kata Vince.
Ia menambahkan tantangan terbesar bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga pemahaman terhadap pasar dan regulasi.
"Salah satu challenge di Indonesia itu kan bukannya cuma masalah talenta. Kalau kita lihat, talenta sebenarnya sudah lumayan berkembang ya. Tapi bagaimana mereka juga bisa mendapatkan pengertian dengan regulasinya di Indonesia, pengertian dengan market-nya, pengertian juga dengan infrastruktur yang sudah ada," jelasnya.
Sementara itu, Direktur IT Bank Mandiri, Sunarto Xie menilai pentingnya Hackathon ini sebagai ruang kolaborasi bersama antara regulator, industri, dan talenta terbaik Indonesia. Menurutnya, acara seperti ini dapat mendorong efisiensi sistem pembayaran nasional sekaligus memperkuat daya saing ekonomi digital.
"Di industri ini kita perlu kolaborasi bersama, regulator, industri, kami sebagai pemain sama talenta-talenta terbaik di Indonesia. Saya percaya kalau ada yang mengumpulkan itu semua, berusaha duduk bareng bersama untuk menyelesaikan problem statement yang dihadapi industri, itu pasti ke depannya pembayaran kita akan sangat efisien," ujar Sunarto.
Ia juga menekankan pentingnya arah yang jelas dalam setiap tantangan yang diberikan kepada peserta Hackathon.
"Saya rasa ke depannya mungkin kita bikin lebih besar lagi, ngajak semua pemain, tema-temanya diperjelas. Jadi temanya kita kunci apa sih sebenarnya yang ingin kita capai di tahun ini. Jadi semua orang fokus di satu tema sehingga bisa mencari solusi terbaik yang bisa diimplementasikan," pungkasnya.
Melalui Hackathon ini, BI dan OJK mendorong para peserta untuk menghasilkan berbagai ide dan solusi berbasis teknologi, mulai dari AI untuk ekspor UMKM, sistem deteksi fraud digital, hingga platform keuangan inklusif untuk masyarakat luas. Seluruh solusi ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan nyata industri sekaligus memperkuat fondasi ekonomi digital Indonesia.
Dari ratusan peserta yang mendaftar, sebanyak telah diumumkan tiga pemenang pada kategori Professional (Dewantara, Meaningful Intelligence, dan Niriksagara) dan tiga pemenang lainnya pada kategori Mahasiswa (MTAF IMPACT, Kanca Kids, dan Chain Intelligence) pada Closing Ceremony FEKDI x IFSE 2025 pada Sabtu (1/11) di JICC Hall B, Jakarta.
Para finalis Hackaton berasal dari berbagai latar belakang mulai dari mahasiswa, start-up teknologi, hingga profesional muda yang menampilkan beragam ide digital untuk memperkuat sektor keuangan dan ekonomi nasional.
Sinergi antara BI, OJK, pelaku industri, dan generasi muda ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi dapat melahirkan perubahan yang berkelanjutan.
Dengan potensi besar yang dimiliki talenta digital Indonesia, hackathon ini bukan sekadar ajang lomba, tetapi langkah strategis menuju masa depan ekonomi digital yang inklusif dan tangguh.
(adv/adv)











































