Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Gorontalo terus menunjukkan geliat positif dalam mendorong perekonomian daerah. Bahkan, tak sedikit UMKM sukses mengangkat potensi lokal menjadi primadona baru di pasar nasional hingga internasional.
TIAR Handycraft menjadi salah satu yang berhasil mengangkat potensi Karawo, kain khas Gorontalo, menjadi produk bernilai tinggi. Awalnya, TIAR Handycraft mengolah seni kerajinan eceng gondok, yang tumbuh subur di Danau Limboto.
Namun sayangnya, bisnis ini harus terhenti lantaran pandemi dan kurangnya tenaga perajin eceng gondok. Kemudian pada tahun 2022, TIAR memperkenalkan produk baru, yakni kombinasi ecoprint dan karawo dalam satu bahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya awalnya fokus pada produk eceng gondok. Kemudian pada tahun 2020, saya terkena dampak dari pandemi. Lalu, perajin (eceng gondok) juga berhenti dan memilih usaha bentor (becak motor)," ujar Owner TIAR Handycraft, Isnawati Mohamad kepada detikcom.
"Akhirnya saya beralih ke fashion. Tapi karena konsepnya ingin tetap hijau, saya mengambil eco print supaya masih berkesinambungan dengan usaha sebelumnya. Namun saya berpikir bagaimana agar produk ini bisa lebih unik. Saat itulah saya mengombinasikan karawo dan eco print," imbuhnya.
Dorong Regenerasi Perajin Karawo & Keberlanjutan Lingkungan
Selain mengangkat potensi lokal, Isna juga mendorong regenerasi perajin karawo dengan melibatkan anak muda. Ia pun memberdayakan para perempuan perajin di berbagai wilayah Gorontalo, yang kini jumlahnya mencapai 100 karyawan.
"Saya sekarang juga lagi fokus melakukan regenerasi perajin karawo. Karena memang perajin karawo itu rata-rata sudah berumur dan tersebar di kampung-kampung, jadi kita agak kesulitan. Saya melatih siswa-siswi SMK, yang kebetulan magang di sini. Saya ajak perajin senior untuk melatih mereka," jelasnya.
Tak sampai di situ, Isna juga mendukung keberlanjutan lingkungan, salah satunya dengan menggunakan bahan katun yang ramah lingkungan. "Kemudian, daun-daun yang digunakan untuk membuat desain ramah lingkungan, kita buang pun dia akan menyatu lagu dengan tanah," ucapnya.
Untuk pembuangan limbah, Isna mengatakan saat ini tengah mempersiapkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yang merupakan bantuan dari Bank Indonesia. Dengan begitu, limbah yang dihasilkan dapat meminimalisir pencemaran lingkungan.
Foto: detikcom/Inkana Putri |
Selain IPAL, Isna mendapat berbagai bantuan lain dari Bank Indonesia mulai dari lemari hingga laptop. Bank Indonesia juga kerap melibatkan TIAR Handycraft pada berbagai acara, salah satunya Karya Kreatif Indonesia (KKI).
"Semua tentunya tidak lepas dari dukungan Bank Indonesia, terutama yang paling saya syukuri adalah kesempatan untuk mengikuti pameran di luar daerah, seperti KKI. Itu sangat membantu saya untuk membuka wawasan tentang trend fashion saat ini," ucapnya.
Dari pameran KKI, Isna mengaku mengalami peningkatan omzet yang cukup signifikan. Bahkan pada gelaran KKI 2025, ia mampu meraup omzet hingga Rp 150 juta selama empat hari.
"Omzet alhamdulillah sejak masuk ke bisnis fashion, saya bisa mendapatkan Rp 100 juta satu bulan. Dan kita penjualan paling besar itu saat KKI 2025, kita bisa bawa pulang uang Rp150 juta dalam empat hari penjualan," paparnya.
Sulap Tuna Jadi Produk Bernilai Tinggi
Di samping wastra, potensi tuna di Gorontalo nyatanya mampu menjadi produk bernilai. Di tangan owner Bilal Mekar Snack, Risna Tamrin Hasan, tuna disulap menjadi berbagai olahan pangan mulai dari abon, sambal hingga camilan lokal.
Risna bercerita awalnya berjualan jajanan basah dan kue kering. Namun, usai bangkrut beberapa kali, ia akhirnya memilih berbisnis ulang di tahun 2015 dengan mengangkat potensi lokal.
"Sebelumnya saya bikin kue kering, semprong, semua dibikin. Akhirnya, saya memilih lebih fokus ke olahan ikan, panada tore. Kebetulan, panada tore itu salah satu cemilan khas di Gorontalo. Selain itu, makanan ini sering dijadikan kue untuk 40 harian dan oleh-oleh," ucapnya.
Foto: detikcom/Inkana Putri |
Melihat maraknya tren makanan siap saji, Risna pun mengembangkan berbagai produk mulai dari abon hingga sambal. Saat ini, Bilal Mekar Snack telah memiliki empat varian sambal yakni, original, iloni, kari, dan pedas.
"Sambil berjalan waktu, saya melihat peluang pasar ke depan. Saat ini, makanan siap saji itu sudah berkembang, banyak orang nggak mau ribet masak, kemudian bahan baku juga naik. Sehingga produk kami sekarang ada panada tore, abon ikan tuna, hingga sambal-sambal ikan. Kami fokus ke potensi ikan karena di Gorontalo ketersediaan bahan baku ikan banyak, bahkan ikan tuna kami yang masih utuh diekspor," ucapnya.
Bawa Produk Lokal Mendunia
Di samping terus mengembangkan produknya, Risna juga menggencarkan promosi produk, salah satunya dengan mengikuti program Industri Kreatif Syariah (IKRA) Indonesia.
"Saya bergabung menjadi binaan Bank Indonesia sejak 2018. Alhamdulillah di Bank Indonesia pusat saya masuk di Industri Kreatif Syariah (IKRA). Alhamdulillah setelah saya ikut IKRA, kapasitas produksi saya meningkat, abon itu sampai butuh 300-400 kg tuna per bulan," paparnya.
Sejak menjadi binaan Bank Indonesia, Risna juga berkesempatan untuk memperkenalkan produknya ke luar negeri. "Di tahun 2024, Bank Indonesia ikut pameran di Dubai dan produk saya dibawa dan diseleksi oleh chef di sana, ada abon, keripik dan roa. Dan ternyata, abon original kami lolos untuk jadi camilan tamu VVIP di Hotel Raffles," ucapnya.
Belum lama ini, Risna juga telah melakukan business matching dengan buyer Singapura yang difasilitasi Bank Indonesia. Adapun saat ini, produknya tengah dalam proses untuk ekspor ke Singapura.
"Sekarang saya masuk UMKM unggulan di Bank Indonesia, dan kemarin melaksanakan business matching dengan buyer Singapura. InsyaAllah produk kami (akan) dikirim ke Singapura," paparnya.
Foto: detikcom/Inkana Putri |
Tak hanya itu, Risna mengatakan saat ini telah merambah penjualan di marketplace untuk menjangkau pembeli di luar Gorontalo. "Alhamdulillah kami tiap hari aktif di Shopee. Tahun 2025 kami hampir tiap hari ada orderan. Dan ternyata setelah kami sudah aktif di Shopee, produk kami diminta ikut Halal Mart di ISEF. Saya kirim 250 pcs, 75 pcs panade tore, 100 pcs abon, dan 75 pcs sambal. Itu terjual, cuma sisa 29 botol sambal," paparnya.
Ia menambahkan, juga telah menerapkan penggunaan QRIS untuk memudahkan pembayaran. Terlebih saat ini penggunaan QRIS sudah semakin marak, bahkan di pameran sekalipun.
"Adanya QRIS lebih memudahkan, bahkan saya ingin bikin QRIS dalam bentuk ID Card karena kalau saya pergi pameran saya suka lupa membawa. Apalagi saat ini orang-orang banyak pakai QRIS, jadi memudahkan kami," lanjutnya.
Berkat usaha dan dukungan Bank Indonesia, kini Bilal Mekar Snack semakin berkembang. Bahkan dalam sebulan, Risna mengaku omzetnya telah mencapai Rp 100 juta.
"Alhamdulillah kalau sekarang saya Rp 100 juta per bulan. Dulu masih kecil kalau jualan cucur basah itu cuma tiap hari Rp 12 ribu. Sekarang alhamdulillah, apalagi kalau musim haji, banyak jemaah haji beli sambal untuk bekal di sana. Dan itu bisa lebih meningkat lagi sampai Rp 100 juta lebih," jelasnya.
Kontribusi Bank Indonesia Geliatkan UMKM Gorontalo
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Bambang Satya Permana menyampaikan saat ini terdapat sekitar 110.000 UMKM di Gorontalo. Bank Indonesia pun terus melakukan pembinaan untuk mewujudkan UMKM Go Digital, Go Export, dan Hijau.
"Menurut Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan, saat ini di Gorontalo ada sekitar 105.000-110.000 UMKM. Kalau dibandingkan dengan penduduk Gorontalo yang jumlahnya 1,2 juta, ini cukup besar porsi UMKM-nya hampir 10% dari total penduduk Provinsi Gorontalo," papar Bambang.
"Sampai saat ini kita membina UMKM ada 118 UMKM. Memang terlihat jumlahnya terbatas, tapi kami mengedepankan atau memfokuskan kualitas dan pencapaian target untuk mereka bisa naik kelas. Sehingga mereka nanti bisa menjadi contoh dan juga benchmarking buat UMKM-UMKM lain di Gorontalo," lanjutnya.
Foto: detikcom/Inkana Putri |
Bambang menambahkan, terdapat tiga sektor UMKM unggulan binaan Bank Indonesia, yakni wastra, olahan pangan, dan kerajinan tangan. Adapun untuk kelompok wastra, salah satu unggulannya adalah karawo.
"Sekarang variasi dari karawo itu sudah semakin banyak. Tidak hanya kain untuk baju, tapi juga sepatu, jersey dan tas," paparnya.
Kedua di kelompok olahan pangan, Bank Indonesia berfokus pada hilirisasi komoditas pangan unggulan Gorontalo seperti jagung, pisang, hingga ikan. Ketiga, pada kelompok kerajinan tangan, Bank Indonesia mendorong pengembangan produk eceng gondok.
Dalam mendukung pengembangan UMKM, Bank Indonesia setiap tahunnya melakukan kurasi produk-produk UMKM di Gorontalo. Adapun UMKM yang lolos kurasi akan menjadi binaan Bank Indonesia Gorontalo dan mendapatkan pembinaan.
"Kami melakukan pembinaan secara end-to-end, baik dari sisi manajemen kelembagaannya kemudian juga dari sisi peningkatan produksi dan kualitas produksinya. Dan yang terakhir kita juga membantu mereka untuk pemasaran dan akses kepada pembiayaan," jelasnya.
Bank Indonesia Gencarkan Digitalisasi di Gorontalo
Selain pendampingan, Bank Indonesia juga mendorong digitalisasi sistem pembayaran QRIS bagi sektor UMKM. Upaya ini juga dilakukan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
"Kami tidak hanya mendorong penggunaan QRIS di berbagai gerai UMKM, tapi juga UMKM yang berada di jalanan atau street food dan pasar. Dengan begitu, mereka bisa melakukan penjualan secara online. Dan pasar untuk UMKM Gorontalo akan semakin luas," ucapnya.
Bersama pemerintah daerah, Bank Indonesia juga berkolaborasi mendorong transaksi non-tunai melalui QRIS yang telah diimplementasikan di salah satu wisata unggulan Gorontalo, yakni wisata Hiu Paus Botubarani.
Foto: detikcom/Inkana Putri |
"Kami juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dan bank-bank daerah untuk mendorong digitalisasi, yang tergabung dalam Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD). Setiap tahun kita akan melakukan pertemuan untuk menentukan program kerja dan mendorong digitalisasi sistem bayaran di daerah," ucapnya.
"Tempat-tempat pariwisata kita dorong untuk menggunakan transaksi non-tunai dengan QRIS. Kemudian, kami juga mencoba mengakuisisi transportasi seperti bentor untuk bisa pakai QRIS," paparnya.
Meski demikian, Bambang mengakui saat ini masih terdapat sejumlah tantangan dalam mengembangkan UMKM agar naik kelas. Hal ini termasuk minimnya literasi tentang pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Untuk itu, Bank Indonesia menghadirkan Galeri UMKM Olaku sebagai wadah untuk meningkatkan kapasitas SDM.
![]() Foto: detikcom/Inkana Putri |
"Galeri UMKM Olaku tempat untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Kami mengundang UMKM yang sudah sukses, dan mereka berbagi pengalaman dengan UMKM lainnya," urainya.
Selain itu, pemasaran online juga masih menjadi tantangan bagi UMKM di Gorontalo. Oleh karena itu, Bank Indonesia terus mendorong pelaku usaha agar lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi.
"Kita memang di era digital ini harus mengoptimalkan pemasaran online. Ini kami di Gorontalo masih melihat belum optimal pemasaran secara online ini. Oleh karena itu, kita dorong digitalisasi UMKM supaya UMKM menjadi UMKM digital yang siap untuk memasarkan secara online sehingga pasaran jadi lebih luas," pungkas Bambang.
(adv/adv)











































Foto: detikcom/Inkana Putri
Foto: detikcom/Inkana Putri
Foto: detikcom/Inkana Putri
Foto: detikcom/Inkana Putri
