"Perlambatan ekonomi dunia nampaknya tak berpengaruh secara signifikan terhadap arus peti kemas di beberapa pelabuhan yang dikelola Pelindo III. Peningkatan arus peti kemas meski hanya tipis sebesar 1% menunjukkan bahwa angkutan barang melalui transportasi laut menggunakan peti kemas masih menjadi primadona", kata Edi Priyanto, Kepala Humas Pelindo III, dalam keterangan resminya, Senin (8/1/2016).
Dari total arus peti kemas yang melalui pelabuhan yang dikelola Pelindo III tersebut, peti kemas domestik masih mendominasi dengan persentase mencapai 57% atau tercatat 2.504.288 TEU's, sedangkan komposisi peti kemas internasional tercatat 43% dengan jumlah peti kemas sebanyak 1.856.381 TEU's.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edi lebih lanjut merinci, realisasi arus peti kemas sepanjang tahun 2015 masih didominasi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan catatan 3.120.683 TEU's atau terjadi peningkatan tipis sebesar 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tercatat 3.105.827 TEU's.
Jumlah arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak tersebut terdiri dari 1.350.811 TEU's di Terminal Peti kemas Surabaya yang dioperasikan oleh PT TPS, 1.080.648 TEU's di Terminal Berlian yang dioperasikan oleh PT BJTI, 120.688 TEU's di Terminal Teluk Lamong yang dioperasikan oleh PT TTL dan sisanya sebanyak 568.536 TEU's di Terminal Konvensional (Jamrud, Mirah dan Nilam Timur) Pelabuhan Tanjung Perak.
Setelah Pelabuhan Tanjung Perak disusul Pelabuhan Tanjung Emas dengan catatan sebanyak 608.984 TEU's dengan rincian 608.199 TEU's di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) dan 785 TEU's di Pelabuhan Konvensional Tanjung Emas. Capaian tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 5,6% dari tahun 2014 sebelumnya, di mana terealisir 576.866 TEU's.
Namun, peningkatan arus peti kemas di Pulau Jawa tersebut ternyata tidak diikuti oleh pelabuhan-pelabuhan lain di wilayah Kalimantan. Penurunan arus barang berkemasan peti kemas di Pulau yang kaya hasil tambangnya itu perkirakan adanya pengaruh kebijakan pemerintah terkait dengan larangan ekspor minerba, yang berdampak pada bongkar muat barang tambang di beberapa pelabuhan di Pulau Kalimantan mengalami penurunan. Anjloknya harga komoditas batu bara dan sawit juga turut memberikan andil penurunan tersebut.
Pelabuhan Banjarmasin Kalimantan Selatan contohnya, realisasi arus Peti kemas tahun 2015 sebanyak 388.419 TEU's atau terjadi penurunan sebesar 6% dibandingkan tahun 2014 yakni tercatat 404.070 TEU's. Demikian halnya pada Pelabuhan Sampit Kalimantan Tengah realisasi Peti kemas tahun 2015 tercatat 40.640 TEU's atau menurun 7% dibandingkan tahun sebelumnya yang terealisir 43.690 TEU's. Pelabuhan Kotabaru Kalimantan Selatan tercatat 8.427 TEU's menurun dari tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar 9.892 TEU's. Namun, penurunan arus Peti kemas tidak terjadi di Pelabuhan Kumai Kalimantan Tengah, tahun 2015 ini tercatat 24.225 TEU's meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 22.126 TEU's.
Peningkatan arus Peti kemas terjadi di Nusa Tenggara, tercatat pada tahun 2015 di Pelabuhan Tenau Kupang NTT sebanyak 99.064 TEU's meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 88.895 TEU's. Peningkatan juga terjadi pada Pelabuhan Maumere NTT dan Pelabuhan Bima NTB, masing-masing tercatat 18.901 TEU's meningkat dari tahun sebelumnya 18.482 TEU's untuk Pelabuhan Maumere dan Pelabuhan Bima tercatat 7.952 TEU's meningkat tipis dari tahun sebelumnya sebanyak 7.652 TEU's.
Sedangkan pelabuhan yang mengalami penurunan arus Peti kemas terjadi di Pelabuhan Lembar NTB yakni tercatat 21.966 TEU's atau menurun dari tahun sebelumnya yang tercatat 27.080 TEU's. Mulai terjadinya peningkatan arus Peti kemas pada Pelabuhan di wilayah Nusa Tenggara di samping menunjukkan adanya geliat perekonomian di Kawasan Timur Indonesia juga disebabkan oleh adanya tren kontainerisasi.
"Proses dalam melakukan kegiatan bongkar muat barang dengan menggunakan peti kemas lebih cepat dibanding dengan barang dengan kemasan non peti kemas, karena kegiatan bongkar muat tidak terlalu lama, maka secara otomatis menekan biaya operasi kapal di pelabuhan, keamanan atas barang yang ada di dalam peti kemas lebih terjamin dari kerusakan maupun pencurian karena memilki pintu yang dapat dibuka dan dikunci, dapat digunakan sebagai gudang untuk menyimpan barang. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan pengiriman barang saat yang menggunakan kemasan peti kemas," terang Edi.
Tambah Peralatan Bongkar Muat
Delapan unit alat bongkar muat jenis Fixed Crane telah dipasang sejak awal 2015 lalu pada tiga lokasi pelabuhan di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Dari delapan alat itu, empat unit telah ditempatkan dan dioperasikan di Pelabuhan Gresik, dua unit di Pelabuhan Batulicin, dan dua unit di Pelabuhan Lembar.
"New fixed crane ini multifungsi, bisa digunakan untuk bongkar muat peti kemas, bongkar muat kayu log, dan juga bongkar muat curah kering, karena telah dilengkapi dengan alat pelengkap berupa spreader 20 feet dan 40 feet, grab untuk kayu log, grab untuk curah kering, serta pengadaan boom park," tambah Edi.
Edi juga mengatakan, Pelindo III sepanjang tahun 2015 lalu selain fixed crane juga telah mendatangkan peralatan bongkar muat baru berupa 8 unit crane dalam berbagai jenis. Selain mendatangkan dan mengoperasikan 2 unit (Ship To Shore) STS crane di TPKS Pelabuhan Tanjung Emas, juga telah mengoperasikan 2 unit STS crane baru di Terminal Nilam Timur, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur.
Kemudian, 4 unit STS crane baru telah memperkuat dan mempercepat kinerja bongkar muat Terminal Peti Kemas Banjarmasin (TPKB) di Pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selain itu, Terminal Teluk Lamong juga telah dilengkapi dengan 2 unit Grab Ship Unloader (GSU) untuk meningkatkan produksi menyambut semakin banyaknya kapal internasional yang sandar.
"Dengan berbagai investasi di sejumlah pelabuhan tersebut, Pelindo III terus berusaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi kinerja pelabuhannya. Hal ini sejalan dengan Program Tol Laut pemerintah guna menekan biaya logistik tanah air dan memacu terwujudnya integrasi logistik negeri," pungkas Edi. (feb/drk)