Menteri Keuangan Arab Saudi Dicopot

Menteri Keuangan Arab Saudi Dicopot

Wahyu Daniel - detikFinance
Selasa, 01 Nov 2016 07:17 WIB
Foto: Ilustrasi
Riyadh - Kerajaan Arab Saudi mencopot Menteri Keuangan veterannya, Ibrahim al-Assaf, pada Senin kemarin. Langkah dilakukan karena kerajaan tersebut mau melakukan restrukturisasi ekonomi, akibat turunnya pendapatan dari minyak.

"Ibrahim dipindahkan dari posisinya," demikian bunyi perintah Kerajaan Arab Saudi, dilansir dari AFP, Selasa (1/11/2016). Perintah ini langsung dikeluarkan oleh Raja Salman, dan dipublikasikan oleh kantor berita setempat.

Assaf diganti oleh Mohammed Aljadaan, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala otoritas pasar modal Arab Saudi, sejak Januari 2015.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabar rencana pergantian Menteri Keaungan ini sudah lama terdengar. Assaf yang berusia 67 tahun, sudah menjabat sebagai Menteri Keuangan selama 20 tahun.

Assaf, yang merupakan pemegang gelar doktor bidang ekonomi, akan ditugaskan menjadi menteri lain dan tetap berada di kabinet.

Sejak 2014, harga minyak dunia jatuh hingga 50%. Kondisi ini mengharuskan Arab Saudi cepat-cepat meninggalkan ketergantungannya terhadap minyak. Kondisi keuangan Arab Saudi menurun.

Eksportir minyak terbesar dunia ini memperkirakan, anggaran negaranya di tahun ini akan defisit US$ 87 miliar. Kondisi ini membuat Arab Saudi melakukan penghematan, termasuk memangkas subsidi, dan mengurangi gaji para menteri, serta menunda sejumlah proyek-proyek pembangunan.

Awal tahun ini, Pangeran Mohammed bin Salman yang mengepalai ekonomi kerajaan, mengumumkan sejumlah rencana di bidang ekonomi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak.

Kondisi defisit yang dialami, membuat Kerajaan Arab Saudi untuk pertama kalinya harus menjual surat utang (obligasi) global yang nilainya US$ 17,5 miliar.

Penurunan harga minyak juga membuat cadangan devisa Arab Saudi turun menjadi US$ 562 miliar di Agustus 2016, dari US$ 732 miliar di akhir 2014 lalu.

Seperti diketahui, pada Januari 2016 lalu, harga minyak sempat turun ke bawah US$ 30/barel, atau tingkat terendahnya dalam 10 tahun terakhir. Di pertengahan 2014, harga mnyak masih di atas US$ 100/barel. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads