Hal ini menandakan pemulihan ekonomi terus berlanjut. Di sisi lain stabilisasi terjaga cukup kuat meskipun ada gejolak dari perekonomian global.
"Bila pemerintah tidak sangat hati-hati dalam membelanjakan anggaran, sebenarnya perekonomian pada kuartal pertama tahun ini bisa mencapai 5,1%, karena konsumsi masyarakat dan perbaikan ekspor masih terus memperlihatkan perbaikan kalau kita bandingkan dengan pencapaian tahun lalu," kata Ekonom Bahana Sekuritas, Fakhrul Fulvian, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (4/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelang akhir tahun lalu hingga saat ini, kinerja ekspor masih memperlihatkan kinerja positif sejalan dengan naiknya harga komoditas dan pemulihan ekonomi global. Sedangkan kinerja investasi meski masih memperlihatkan pertumbuhan, namun masih tumbuh single digit.
Untuk menjaga dan semakin memperkuat tren pemulihan ekonomi ini, sangat diperlukan dorongan dari belanja pemerintah. Pasalnya, belanja pemerintah memberikan multiplier effect ke berbagai sektor termasuk mendorong masuknya investasi swasta serta meningkatkan daya beli masyarakat.
Lihat saja pertumbuhan ekonomi pada kuartal empat tahun lalu, karena belanja pemerintah melambat 4,05% secara tahunan, akhirnya membawa ekonomi secara keseluruhan 2016, hanya tumbuh 5,02%, padahal dalam periode yang sama, ekspor sudah tumbuh 4,24% secara tahunan, investasi tumbuh 4,8% dan konsumsi masyarakat tumbuh 4,99%.
Fakhrul melihat pemulihan global masih terus berjalan, yang terlihat dari pernyataan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang mulai mengkhawatirkan kenaikan inflasi sehingga akan memicu kenaikan suku bunga hingga akhir tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017, akan tumbuh sekitar 5,3%. Pasalnya, kenaikan inflasi merupakan cerminan adanya pergerakan dan peningkatan permintaan di pasar, yang lebih tinggi dibandingkan ketersediaan sisi suplai.
Kenaikan inflasi bukanlah hal yang perlu sangat dikhawatirkan, sepanjang kenaikan inflasi itu terjadi secara perlahan atau tidak fluktuatif. Kenaikan inflasi yang terjadi secara global adalah sinyal positif bahwa konsumsi masyarakat semakin kuat.
"Ini menjadi semakin memperkuat prediksi Bahana bahwa perekonomian Indonesia sudah mulai beranjak dari tahap stabilisasi ke tahapan ekspansi," ujarnya.
Meski bulan lalu, indeks harga konsumen di dalam negeri tercatat deflasi karena pemerintah sangat menjaga harga bahan-bahan pokok. Khususnya dari harga bumbu-bumbuan terjaga stabil turun. Meski tercatat deflasi pada Maret, sekuritas pelat merah ini masih mempertahankan perkiraan inflasi sampai akhir 2017, berada di kisaran 4,4%, sejalan dengan target Bank Indonesia sekitar 3% - 5%.
"Dengan melihat prediksi inflasi yang masih akan berada dalam target bank sentral hingga keseluruhan tahun ini, perekonomian yang mulai beranjak ekspansi meski dorongan dari belanja pemerintah belum maksimal, Bahana tidak melihat ada keperluan untuk menaikkan suku bunga pada bulan ini, kami perkirakan Repo rate sebesar 4,75%, masih kondusif untuk mendorong roda perekonomian ke depannya," tandasnya. (mkj/dnl)











































