Direktur Pemasaaran Asian Auto International (AAI) Ruddy Soesilo mengatakan sejumlah unit bus yang akan ekspor merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk menembus pasar Asia, khusus untuk produk bus nasional yang diberi nama Komodo.
Diakuinya permintaan bus, khususnya untuk jenis bus tempel masih sangat terbatas karena pasarnya hanya untuk operator transportasi bus massal seperti yang di Indonesia yaitu Busway.
Namun ia yakin kalau rencana ini akan berhasil, mengingat negara-negara tetangga lainnya seperti Singapura telah menunjukan minat yang sama terhadap produk bus tempel Komodo.
"Kita ada rencana ekspor ke kawasan Asia diantaranya Malaysia, ini sedang tahap penjajakan, kita harapkan 50 unit per tahun bisa terlaksana. Singapura ada juga, tahun depan kita harapkan bisa mulai," tutur Ruddy.
Untuk bisa merealisasikan tersebut sekarang ini AAI berupaya meningkat kapasitas secara maksimum dari kapasitas yang sekarang hanya tercapai 4 unit per bulan ditingkatkan menjadi ratusan unit per tahun. Misalnya untuk jenis bus non tempel (single) telah mampu mencapai kapasitas produksi hingga 200 unit per tahun.
"Untuk tambah kapasitas kita akan tambah investasi US$ 50 juta sampai US$ 100 juta,sekarang ini baru mulai start," imbuhnya. Sejak tahun 2007 lalu AAI setidaknya sudah berinvestasi sebesar US$ 10 juta untuk perakitan bus berskala nasional di Indonesia.
Pasar ASEAN khususnya untuk bus tempel berbahan bakar CNG, lanjut Ruddy, sangat potensial terutama di Malaysia dan Singapura karena infrastruktur tempat pengisian CNG di dua negeri jiran tadi sudah sangat baik dibandingkan dengan Indonesia.
Meskipun ia tidak menutup mata kalau persaingan di segmen bus tempel cukup ketat setidaknya Indonesia harus bersaing dengan produk sejenis dari dari Eropa dan China.
"Bus tempel marketnya tidak besar, tapi memang ada peluang di segmen ini, kita juga sudah punya partner di Malaysia," ujarnya.
Mengenai komponen lokal terhadap produk bus Komodo, ia mengatakan bahwa pengembangan mobil sejenis akan hanya mampu menyerap komponen lokal maksimal 60% dan akan sulit mencapai 80% atau bahkan 100%.
"Memang untuk jenis Komodo tempel, teknologi penyambung mobilnya itu mesti harus dari Jerman karena lokal belum mampu buat, itu saja sudah 20%," jelas Ruddy.
Sedangkan untuk jenis single atau tunggal, maksimum mampu menyerap 70% komponen lokal. Selain itu ada beberapa komponen yang harus diimpor yaitu slinder tangki bahan bakar gas dan mesin utamanya yang harus di impor dari Korea. (hen/ddn)