Pengamat saham tambang dari BNI Securities Norico Gaman mengatakan penurunan harga komoditas terutama logam dan energi seperti nikel, tembaga, timah, perak karena melemahnya permintaan akibat krisis global.
"Turunnya permintaan terutama dari pasar Asia menyebabkan harga komoditas tambang ikut melemah," kata Norico ketika dihubungi detikFinance, Rabu (22/10/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, kata Norico kenaikan harga logam dipacu oleh melesatnya industri manufaktur terutama di Asia. Namun kini China pun telah mengalami pelemahan pertumbuhan di level 9% dari tahun sebelumnya 10% yang bahkan sempat overheating.
Namun Norico melihat, penurunan harga logam sebagai siklus yang biasa terjadi. Karena setelah mencapai kenaikan harga yang tinggi akan mengalami koreksi dalam beberapa waktu dan kemudian pulih lagi.
"Kemungkinan penurunan harga sekarang akan berlangsung dalam enam bulan ke depan, baru pada triwulan II-2009 akan memasuki masa pemulihan," katanya.
Diperlukan waktu 2-3 tahun untuk harga komoditas kembali ke posisi tertingginya lagi. Apalagi jika permintaan dalam posisi yang stabil meskipun tidak ada kenaikan yang signifikan.
Penurunan harga komoditas tambang dan logam ini juga seiring dengan melemahnya harga minyak dunia. Pelaku pasar memasang harga minyak di kisaran US$ 50 - US$ 70 per barel.
Tapi menurut Norico, kemungkinan harga minyak bisa naik lagi karena OPEC berencana memangkas produksi pada pertemuan mendatang. "Karena OPEC sendiri mematok harga minyak itu masih di kisaran US$ 100 per barel," katanya.
Harga komoditas tambang yang mengalami penurunan di London Metal Exchange per 21 Oktober adalah timah US$ 11.955 per ton, tembaga US$ 4.489 per ton, nikel US$ 10.425 per ton, aluminium US$ 2.043 per ton, perak US$ 10.082 per toz.
(ir/qom)