Bisnis Rumah Potong Ayam Belum Banyak Dilirik

Bisnis Rumah Potong Ayam Belum Banyak Dilirik

- detikFinance
Rabu, 02 Sep 2009 13:52 WIB
Bogor - Bisnis rumah pemotongan ayam sampai saat ini masih belum banyak dilirik oleh pelaku usaha. Padahal selain memberikan jaminan kebersihan produk ayam, rumah potong ayam juga bisa menjadi stabilitator harga suplai ayam di dalam negeri.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (Gappi) Anton Supit mengatakan, keberadaan rumah potong seharusnya bukan hanya dilihat dari sisi entitas bisnis saja, tetapi juga sebagai stabiliator harga daging ayam atas kemampuannya memproduksi daging ayam beku.

Disisi lain, lanjut Anton, masih kuatnya permintaan masyarakat Indonesia atas daging ayam langsung dipotong di pasar membuat produk daging ayam produksi rumah potong  khususnya untuk produk beku belum mendapat perhatian masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat kita lebih memilih ayam hidup yang dipotong di pasar. Di pasar basah kalau hidup, muncul mikroba, ada kevakuman beberapa jam sebelum dibekukan di rumah. Itu sudah ada proses pembusukan sebelum dibekukan, berbeda dengan rumah potong," papar Anton di sela kunjungan kerja Menteri Perdagangan ke Rumah Potong Parung, Bogor, Rabu (2/9/2009).

Ia mengharapkan, rumah potong tradisional yang saat ini sudah beroperasi hingga puluhan ribu dapat mempertimbangkan membangun rumah-rumah potong modern. Terlebih lagi pada April 2010 nanti Pemda DKI melarang ayam hidup masuk Jakarta melainkan dalam bentuk daging ayam saja dalam rangka menekan penyebaran flu burung.

"Ini harus diikuti oleh kesiapan dari rumah potong. Jadi perlu ada rumah potong  yang bisa dikelola melalui koperasi," harapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pusat Informasi Pasar Unggas(Pinsar) Hartono mengatakan, saat ini pertumbuhan rumah potong ayam yang berskala modern mulai berkembang meski belum pesat. Setidaknya saat ini jumlahnya masih 22 rumah potong di Indonesia.

Saat ini kata dia, kontribusi rumah potong ayam telah mencapai 15% dari total kebutuhan ayam di dalam negeri, atau mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya 5%. Meskipun untuk masuk ke dalam sektor ini, lanjut dia, setidak diperlukan investasi US$ 50 per ayam atau total investasi hingga diatas US$ 20 juta.

"Di Jabodetabek saja kebutuhan daging ayam per harinya mencapai 1,2 juta ekor," katanya.
(hen/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads