Diserang Greenpeace, Sinar Mas Beberkan Fakta Penting

Diserang Greenpeace, Sinar Mas Beberkan Fakta Penting

- detikFinance
Jumat, 18 Des 2009 21:40 WIB
Jakarta - LSM lingkungan internasional kembali menyerang Sinar Mas Grup. Menangkis serangan tersebut, Sinar Mas pun kembali membeberkan sejumlah faktar penting.

Sinar Mas juga membeberkan sebuah artikel yang ditulis Patrick Moore berjudul 'Why I Left Greenpeace' dan dimuat di The Wall Street Journal 22 Oktober 2008 lalu.

Dalam artikel yang disampaikan Sinar Mas, Moore mengatakan, Greenpeace yang sekarang lebih mengedepankan kepentingan atau agenda politis daripada objektivitas berbasis ilmiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam artikel tersebut, Patrick Moore yang pernah menjadi salah satu direktur Greenpeace selama enam tahun, di akhir artikelnya menyatakan bahwa kampanye yang "menakut-nakuti" dapat mengalihkan perhatian publik dari masalah lingkungan yang sebenarnya. Dia juga menyatakan, semua orang bertanggung jawab untuk menjadi penjaga lingkungan (environmental stewards). Meski demikian tanggung jawab tersebut memerlukan dukungan bukti ilmiah bukan agenda politis dalam mengarahkan kebijakan publik.

"Eka Tjipta Foundation sangat setuju dengan pernyataan Patrick Moore dan mengajak semua pihak untuk melihat lebih jernih semua masalah yang digembar-gemborkan Greenpeace dan para pedukungnya, dengan menggunakan fakta ilmiah yang akurat dan kredibel bukan sekedar agenda politis," jelas San Gunawan, Direktur Eksekutif Eka Tjipta Foundation dalam siaran persnya, Jumat (18/12/2009).

Eka Tjipta Foundation (ETF) merupakan organisasi nirlaba yang didirikan oleh keluarga Eka Tjipta Widjaja sebagai wadah pelaksanaaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan bagi seluruh unit usaha dibawah bendera Sinar Mas dalam rangka memberikan tanggapan terhadap persoalan pembangunan sosial kemasyarakatan.

"Perlu dipertimbangkan juga kepentingan yang lebih besar yaitu kemaslahatan masyarakat baik dilihat dari kacamata kemandirian bangsa maupun kepentingan ekonomi Indonesia," imbuh Gunawan.

Sinar Mas juga menyampaikan sejumlah fakta penting di sekitar industri sawit di Indonesia dan juga persaingan bisnis pertanian dunia.


  • 1,9 juta hektar kebun rakyat: Dari total luas perkebunan sawit sekitar 6 juta hektar dimana 2,5 juta hektar lainnya adalah kebun swasta. Dan sisanya adalah kebun milik BUMN
  • 2,8 juta buruh: Jika menggunakan rasio 36-100 atau dibutuhkan 36 buruh untuk setiap 100 hektar lahan sawit, jumlah buruh akan lebih banyak jika dihitung juga kebutuhan akan buruh harian lepas
  • 10 X lebih hemat lahan: Jika sawit dibanding tanaman penghasil minyak lainnya
  • 10 X melepas O2 (oksigen) lebih banyak: jika sawit dibandingkan dengan kedelai
  • Kepentingan industri minyak nabati Amerika Serikat: AS tidak memiliki industri sawit, sebaliknya AS adalah produsen terbesar kedelai dunia (39% dari total produksi dunia). Popularitas minyak kedelai semakin menurun, sehingga AS berkepentingan untuk melindungi industri kedelainya.

Seperti diketahui, Greenpeace kembali mengeluarkan serangan atas kelompok usaha Sinar Mas Group. Kali ini yang mendapat serangan adalah Asia Pulp & Paper (APP) milik Sinar Mas di China. Serangan itu dikeluarkan dalam laporan berjudul "APP: 30 Tahun Merusak Hutan" yang diluncurkan di Beijing, Kamis (17/12/2009) kemarin.

Laporan Greenpeace sebelumnya juga telah membuat Unilever memutuskan kontrak pasokan CPO dengan Sinar Mas.

(qom/qom)

Hide Ads