"Kalau ada hal-hal yang tidak fair, kita ingin ada penelitian, jangan kita menuduh kita perlu melakukan penelitian," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa saat ditemui usai acara rakor masalah AC-FTA di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (19/1/2010).
Ia menjelaskan dugaan subsidi ini harus disikapi secara cermat dan hati-hati, bahkan perlu ada penelitian yang mendalam dengan early warning system yang kuat terhadap kemungkinan lonjakan barang-barang murah asal China.
Meskipun ia mengakui dalam komitmen perdagangan yang fair , masalah subsidi ekspor oleh negara lain tentunya akan merugikan Indonesia.
"Dalam perdagangan fair trade , tentu kita tidak ingin negara tertentu memberikan subsidi, lalu diekspor dengan harga yang murah," tegas Hatta.
Sebelumnya Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Kementerian Perindustrian menemukan selama ini pemerintah China memberikan potongan pajak sebesar 14% kepada para eksportir besarnya.
"Jadi ada potongan, diskon, 14% kurangi pajak kepada eksportir besar, itu subsidi namanya," ujar Hidayat usai menghadiri pemberian penghargaan Upakarti di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin (28/12/2009).
Menurut Hidayat, pemberian subsidi terhadap para eksportir besar tersebut dinilai sebagai bentuk perdagangan yang tidak adil (unfair trade ), mengingat di Indonesia subsidi berupa potongan pajak tersebut tidak diberikan.
"Saya menganggap itu unfair trade , Kita tanpa subsidi tapi di sana ternyata ada," kata dia.
Hidayat menyatakan pihaknya sudah melaporkan hal tersebut kepada Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Radjasa. Rencananya hal tersebut akan dijadikan salah satu hal yang akan digunakan sebagai bahan negosiasi yang akan dilakukan pemerintah Indonesia.
(hen/dnl)