Bisnis Pernak-pernik Imlek Makin Variatif

Bisnis Pernak-pernik Imlek Makin Variatif

- detikFinance
Sabtu, 06 Feb 2010 15:03 WIB
Jakarta - Berlakunya perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China melalui (AC-FTA/ASEAN-China Free Trade Agreement) memberikan dampak positif pada bisnis pernak-pernik khas menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2561 yang jatuh pada 14 Februari 2010. Bukan hanya dari segi harga, melainkan variasi jenis barang yang tersedia.

Demikian hasil pantauan detikFinance di sekitar Pasar Glodok, Jalan Pancoran, Jakarta, Sabtu (6/2/2010) atau H-7 Imlek.

Elis Susanan, salah seorang penjual pernak pernik di kawasan tersebut, menyatakan harga pernak-pernik tidak begitu banyak perubahan dengan adanya AC-FTA, tetapi memang jenis barang yang diimpor lebih bervariasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin karena bebas ya, tarifnya nol, jadi importir memasukkan saja semua barang-barangnya. Dulu kan masih dipilih-dipilih karena terhambat tarif," ujarnya.

Dengan banyaknya variasi barang, Elis mengakui terjadi peningkatan jumlah konsumen sebesar 10% dibandingkan tahun lalu.

"Jadi, pembeli meningkat karena barang yang ditawarkan lebih variatif bukan karena harganya yang menurun," lanjutnya.

Elis menyatakan semua bahan baku pernak-pernik Imlek diimpor langsung dari China. Bahkan dirinya mengakui jika bahan baku itu dari lokal maka harganya pasti jauh lebih mahal.

"Bahan baku dari China, tetapi untuk package di sini. Memang tetap membutuhkan jari-jari manis kita untuk merangkai sehingga bisa lebih banyak lagi modelnya," jelasnya.

Elis membeli bahan baku sudah sejak 3 bulan lalu, jauh sebelum AC-FTA dilaksanakan. Hal ini dilakukannya setiap tahun karena memberikan waktu untuk merangkai bahan baku-bahan baku tersebut.

"Kita memang tidak suka buru-buru, jadi 3 bulan lalu sudah masuk bahan bakunya. Nah, sebulan ini kita merangkainya," jelasnya.

Mayoritas pembeli di toko Elis berasal dari instansi untuk mendekorasi kantor-kantor mereka. Namun, pada hari-hari mendekati imlek, pembeli banyak dari kalangan rumah tangga. "H-7 begini banyak dari perumahan," ujarnya.

Pernak-pernik yang ditawarkannya pun bermacam-macam dengan harga yang variatif. Untuk lampion, harga mulai Rp 30 ribu hingga Rp 300 ribu. Sedangkan pohon berkisar Rp 50 ribu-Rp 1,5 juta. Pernak-pernik imlek berkisar Rp 2.000 sampai Rp 300-400 ribu. Sedangkan perlengkapan sembahyang, harganya berkisar Rp 15 ribu sampai Rp 150 ribu.

"Pembeli kebanyakan membeli lampion. Kalau pohon, kita berpikiran akan menurun tapi tetap saja ada terus. Saya tidak mengerti, pohonnya diapain sama mereka," celoteh Elis.

Namun, rupanya kenaikan pembeli tidak dirasakan Yasin yang juga berjualan pernak-pernik di sekitar Pasar Glodok ini. Akibat menurunnya pembeli pernak-pernik hingga 50%, dirinya menambah barang dagangannya dengan makanan khas Imlek seperti kue bakul/kue keranjang, manisan, dan coklat macan.

"Daya beli masyarakat lemah, beda dengan tahun lalu," ujarnya.

Dengan berjualan makanan khas Imlek ini, Yasin berharap bisa menambah keuntungannya. Harga yang ditawarkannya untuk kue khas Imlek tersebut berkisar Rp 10-25 ribu untuk kue bakul dan Rp 20-50 ribu untuk manisan. Sedangkan, coklat berbentuk macan dijual dengan harga Rp 30 ribu per kg.

Toni, salah seorang pembeli keperluan Imlek ini menilai harga-harga pernak-pernik dan makanan Imlek tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Namun, dirinya tetap membeli barang-berang itu karena untuk menjalankan tradisi tiap tahun.

"Ya mau berapapun harga, kita tetap beli untuk merayakan tapi mungkin lebih dipilih-pilih saja mana yang wajib atau tidak," tukasnya.

(nia/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads