4 BUMN Siap 'Keroyok' Inalum

4 BUMN Siap 'Keroyok' Inalum

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Jumat, 09 Jul 2010 14:52 WIB
Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan melibatkan 4 perusahaan pelat merah untuk mengambil kepemilikan 100 saham di PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum). Satu BUMN masuk sebagai pemegang saham, 3 sisanya akan membantu melalui pendanaan.

Demikian hal itu dikemukakan oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (9/7/2010).

"PPA (PT Perusahaan Pengelola Aset), Danareksa dan Bahana akan ikut back up untuk pendanaan. Nanti teknisnya akan diambil oleh Antam (PT Aneka Tambang Tbk)," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Mustafa, nantinya Antam yang akan melakukan negosiasi terkait dengan pengambilan kepemilikan saham tersebut. Untuk menguasai 100 persen kepemilikan di Inalum, pemerintah harus siap membeli 58,87 persen saham yang akan dilepas Jepang tahun 2013 nanti.

"Antam itu punya bargaining position yang kuat untuk dapat memenangkan negosiasi nanti," ujarnya.

Sebelumnya, Mustafa menyebutkan jumlah dana yang harus dicari mencapai US$ 700-800 juta. Mustafa menambahkan, kebutuhan dana akan dipenuhi oleh 3 BUMN tadi, namun menurut Mustafa.

Ia mengatakan, Kementerian BUMN sedang melakukan penyusuna proposal yang akan diberikan Oktober tahun ini. Meski kontraknya baru habis di tahun 2013, namun proposal penawaran harus masuk paling lambat Oktober 2010.

"Persiapan proposal sudah konsep final. Nanti akan kita serahkan bulan Oktober," ujarnya.

Selain 4 BUMN itu, pemerintah juga mempersilakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara untuk ikut membeli sebagian saham di Inalum.

Inalum merupakan sebuah perusahaan patungan yang bergerak dalam industri aluminium dengan kapasitas produksi sekitar 230.000-240.000 ton per tahun.

Saat ini, Pemerintah Indonesia menguasai kepemilikan sebesar 41,13 persen saham di perusahaan itu, sementara sisanya sebesar 58,87 persen dikuasai Jepang.

Inalum adalah satu-satunya perusahaan lokal yang bergerak di sektor produksi aluminium. Selama ini, hasil produksi Inalum sebagian besar dikirim ke Jepang, dan Indonesia sendiri harus mengimpor alumunium dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

(ang/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads